Analogi kedua yang disampaikan Rasulullah tentang Ukhuwah islamiyah selain seperti satu tubuh adalah, bahwa persaudaran sesame muslim itu laksana sebuah bangunan dimana satu sama lain saling menguatkan. Sehingga umat Islam bisa berdiri dengan kokoh, gagah, aman, nyaman, dan cantik. Sehingga menarik siapapun untuk tinggal di dalamnya.
Akan tetapi, ada bebrapa filosofi lain mengenai bangunan ini yang sering sekali kita lupakan. Kalau melihat teks hadisnya, bahwa alasan Rasulullah mengumpakan persaudaraan Muslim itu laksana sebuah bangunan adalah, agar satu dengan yang lain bisa “SALING MENGUATKAN” dan bukan “SALING UNJUK KEKUATAN”…Justru filosofi inilah yang sering dilupakan sebagaian umat Islam saat ini. Sering kali hadis ini dibacakan, disaat yang membacakan justru ingin dianggap paling cakap dan kuat (dalam kampanye pemilu misalnya). Atau bagaimana Ayat tentang persatuan dan larangan berpecah belah (Ali-Imran 103) dibacakan, ditengah-tengah kemelut tanpa akhir tentang pertikaian pimpinan ormas atau pimpinan partai.
“SALING MENGUATKAN”….yah, bagaimana sebetulnya sebuah bangunan itu berdiri dengan unsur saling menguatkan?? Sobat pejuang Mari kita coba lihat…
Coba perhatikan gedung dimana antum sekarang membaca tulisan ini. Nampak kokoh dan indah bukan?? Kalau misalnya saya Tanya antum bahwa gedun g itu kuat karena rangka besianya yang kokoh, apakah antum percaya?? Saya yakin jawaban antum adalah…”Ya, tentu saja ada besinya..”
Kalau kemudian saya tanya kembali,” mana buktinya kalau gedung ini ada Rangka besinya, tidak Nampak satu besipun yang kelihatan??” Nah, saya juga yakin antum akan sedikit mencibir saya sambul mungkin menganggap saya bodoh, sambul berkata “ Ya ga mungkin kelihatan lah, kan tertutp tembok, tapi kalao tidak ada besinya, mana mungkin gedung ini bisa tegak berdiri??” Begitu mungkin jawaban antum….
Nah, sebenarnya itulah sifat dari sebuah bangunan yang saling menguatkan itu. Bahwa Ternyata tidak perlu selalu menampakkan diri untuk diakui eksistensi-nya dalam kehidupan. Tidak perlu menonjol-nonjolkan diri bahwa “Ini sukses karena saya..”…”Kalau tidak ada saya, ga mungkin seperti ini”…atau “Yang meresmikan ini harus saya, karena saya donatur terbesar proyek ini”…dan sebagainya. Hal inilah yang sering kita lupakan. Kalimat “saling menguatkan” sering justru kita gunakan untuk memaksa orang lain mengikuti kehendak kita agar kita sendiri kuat. Dan setelah kuat, maka kita dengan mudahnya melupakan mereka yang teah menguatkan kita.
Coba kita belajar dari besi pada bangunan tadi. Bertahun-tahun dia harus rela menahan beban bagunan yang kokoh itu untuk menjaga bangunan itu tetap berdiri. Kepadanya bergantung keselamatan oarnag-orang yang tinggal di dalam gedung. Tapi pernahkan orang memujinya?? Tidak pernah..!! Kebanyakan orang ketika melihat bangunan yang kokoh akan banyak memuji lantainya, Cat dindingnya, pagar rumahnya, gentengnya, atau interiornya yang mewah…Tapi tidak seorangpun memuji besi yang memang tidak kelihatan…
Lalu Apakah besi marah?? Apakah dia “ngambek” lalu ,meruntuhkan dirinya sendiri untuk mencelakai yang lain?? Tidak…!! Dan tidak akan pernah…sang besi begitu ikhlas mengabdi untuk menguatkan bangunan itu tanpa pernah sekalipun mengeluh atau perasaan ingin dipuji oleh orang lain…Baginya, pujian bagi tembok, lantai, atau genting adalah pujian juga untuk dirinya…Inilah sifat saling menguatkan itu, sikap ikhlas berjuang meski tak sekalipun dianggap pahlawan…sebuah contoh konkrit yang selayaknya kita tiru bukan??
Lalu bagaimana memupuk rasa saling menguatkan ini??
Sekali lagi, mari kita perhatikan bangunan di sekitar kita. Bangunan yang begitu napak terlhat anggun, nyaman, dan lembut dipandang, ternyata terdiri dari banyak bahan bangunan kasar yang ketika melihat bentuk awalnya saya yakin kita akan merasa kurang nyaman dengannya. Pasir, batu bata, besi, batu koral, semen, tanah liat, semua itu aalah bahan-bahan kasar yang hampir tidak mungkin menyatukannya secara langsung..Tapi ternyata “mereka” bisa menyatu, semua bisa saling mendukung dan menguatkan, bahkan bisa menjadi lebih indah dan penuh keyamanan…apakah yang menyatukan “mereka”?? …AIR…ya…AIR-lah yang telah mencampur ke semua bahan-bahan kasar itu menjadi bahan bangunan yang kuat namun nyaman untuk dilihat…
Air….yang lembut, sejuk, dan menyatukan..sifat itu juga yang sekarang ini nampak makin menghilang dari umat ini…Kelembutan dan kesejukan..Yang nampak sekarang justru wajah Islam yang kejam dan bengis. Seakan-akan Rasul mengajarkan bahwa Islam itu disebarkan dengan pedang..Pengrusakan, pemboman, pembakaran tempat ibadah, dan sebagainya justru banyak dilakukan oleh uamt Islam sendiri, sehingga dampaknya menimbulkan efek antipanti dari umat lain…
Padahal bangsa Arab yang keras itu jatuh ke pangkuan Islam karena kelembutan Rasulullah..Pribadi yang pernah menyuapi Yahudi buta di pasar makkah di saat yang bersangkutan selalu menghina Rasulullah setiap kali disuapi oleh beliau. Pribadi, yang tersenyum ketika seorang bayi mengencinginya ketika di masjid. Pribadi yang menjadi orang pertama yang membesuk orang yang melemparinya dengan kotoran Onta setiap berangkat ke masjid ketika dia sakit. Pribadi yang menolak tawaran Jibril untuk membalikkan Bukit uhud ke kampung Tha’if yang telah mengusir beliau dari dakwahnya…
Lalu dimana kelembutan itu kini?? Dimana kesejukan dakwah yang dicontohkan Rasulullah itu kini?? Sahabat..Umat ini di kehendaki berbeda dalam berbagai entuk oleh Allah. Ada yang sifatnya kasara, berangsan, pemarah, mudah tersinggung, ceria, humoris, pendiam, murah senyum, pemaaf, dan banyak sifat lain yang tidak pernah sama satu dan yang lainnya. Tugas kita adalah menyatukan perbedaan itu dengan kelembutanan kesejukan, sebab memang hanya itu yang bisa menyatukan mereka. Berapa banyak diantara kita yang dulu ketika “jahilyah” dulu tidak pernah mau mengenal Islam, dan berubah setekah kita merasa tersentuh oleh kelembutan para pembimbing-pembimbing kajian kita. Merasa dirangkul dan di rawat, merasa diperhatikan disaat semua orang menganggap kita samaph masyarakat yang kotor dan merusak…Prose situ yang nampaknya perlu banyak kita kembangkan lagi…Kita perlu menemukan lebih banyak lagu sumber-sumber mata air kesejukan yang akan senantiasa menetes dan mengembun distiap relung hati kita yang gersang…siapa dan bagaimana pun keadan kita dan saudra-saudara kita yang lain….
Sobat pejuang….Kita adalah Ibarat sebuah bangunan …mari saling menguatkan...
Oki Siqoh Jiddan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar