I. Oleh ; Agus Ruswandi
PENDAHULUAN
Ada dua periode dalam kehidupan nabi Muhammad SAW SAW,
yaitu periode Mekah dan periode Madinah. Masing-masing periode dikaitkan dengan
nama tempat kejadian. Pada awalnya nama-nama tersebut hanyalah nama kota saja,
tetapi ini kemudian menjadi symbol kekuatan dalam Islam, yang berarti ada dua
aspek kelahiran islam. Mekah merupakan kota dakwah agar manusia beriman sedangkan Madinah merupakan kota revolusi[1].
Muhammad SAW dilahirkan di kota Mekah pada Tahun Gajah.
Kota yang saat itu masyarakatnya dijuluki sebagai kaum Jahiliyah. Pergaulan bebas
diperbolehkan, bahkan pada zaman itu seorang wanita tidak ada harganya dengan
alasan karena tidak bisa ikut beperang atau bekerja keras, sehingga apabila
lahir seorang bayi perempuan maka kaum Jahiliyah
tidak segan-segan untuk membunuhnya dengan cara mengubur hidup-hidup. Begitulah
sekilas keadaan masyakat sebuah kota dimana Muhammad SAW dilahirkan[2].
Sejak kecil Muhammad SAW
sudah dalam keadaan yatim karena ditinggal oleh ayahnya, Abdullah. Sejak kecil pula Muhammad SAW menggembala kambing, kemudian berdagang. Sejak usia remaja pula Muhammad SAW banyak dipercaya oleh pedagang-pedagang besar untuk mengurus dagangannya, ini karena sifat kejujuran yang dimiliki Muhammad SAW. Banyak orang-orang yang simpati kepada Muhammad SAW. Nama Muhammad SAW menjadi buah bibir di berbagai penjuru kota karena terkenal jujur. Kejujurannya pun hingga memikat seorang janda kaya yaitu Siti Khajidah RA, yang kemudian menjadi istri pertama Muhammad SAW[3].
sudah dalam keadaan yatim karena ditinggal oleh ayahnya, Abdullah. Sejak kecil pula Muhammad SAW menggembala kambing, kemudian berdagang. Sejak usia remaja pula Muhammad SAW banyak dipercaya oleh pedagang-pedagang besar untuk mengurus dagangannya, ini karena sifat kejujuran yang dimiliki Muhammad SAW. Banyak orang-orang yang simpati kepada Muhammad SAW. Nama Muhammad SAW menjadi buah bibir di berbagai penjuru kota karena terkenal jujur. Kejujurannya pun hingga memikat seorang janda kaya yaitu Siti Khajidah RA, yang kemudian menjadi istri pertama Muhammad SAW[3].
Namun pujian dan sanjungan karena kejujuran Muhammad SAW
hilang setelah wahyu pertama turun yang itu artinya bahwa Muhammad SAW bukan
lagi seorang pemuda pedagang yang ulet dan jujur, tetapi selain itu setelah
wahyu pertama turun Muhammad SAW seorang nabi yang diutus oleh Allah sebagai rahmatan
lil`alamiin.
Ketika permulaan nabi berdakwah dengan menyampaikan wahyu
Allah mengajak untuk melakukan perbuatan baik (tauhid kepada Allah) dan
meninggalkan perbuatan buruk (menyembah berhala). Akan tetapi ajakan ini tidak mudah untuk
diterima oleh kaum Quraisy. Tentu saja ajakan ini menimbulkan rekasi yang
sangat keras dari berbagai pihak. Muhammad SAW dianggap penghalang bagi mereka
untuk menyembah sesembahan nenek moyang mereka yaitu berhala. Banyak dari
mereka yang menyebut nabi sebagai majnun (orang gila). Bahkan ada yang
sampai melempar nabi dengan kotoran hewan. Dengan ajaran nabi itu ada yang
menolak dengan cara kasar dan adapula yang menolak dengan cara halus[4].
Dalam menyampaikan ajaran Islam tidak mudah bagi Nabi Muhammad
SAW karena banyak tantangan dan hambatannya. Namun dengan perjuangan gigihnya
beliau berhasil menyebarkan Islam hingga sampai ke berbagai penjuru dunia
seperti yang kita rasakan sekarang.
Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul pada usia 25
Tahun, dan Nabi menyampaikan wahyu selama kurang lebih 23 tahun, 13 tahun
selama di Mekah dan 10 tahun selama di Madinah. Penyebaran Islam di Madinah relatif
lebih mudah dibandingkan dengan di Mekah, ini karena di Madinah Islam sudah
lebih dikenal dan penduduk Madinah lebih ramah daripada penduduk Mekah[5].
Lebih lanjut mengenai sejarah Nabi Muhammad SAW, penyusun
akan menguraikan sejarah perjalanan nabi semasa di Mekah. Uraian yang dimaksud
sebagaimana yang terdapat dalam bagian pembahasan.
II.
PEMBAHASAN
A.
KELAHIRAN NABI
MUHAMMAD SAW
Nabi Muhammad SAW dilahirkan ketika sudah ditinggalkan
oleh ayah Beliau, Abdullah bin Abdul Muhthalib. Abdullah menikah dengan Aminah,
seorang perempuan dari Yastrib dalam usia 17 tahun[6], namun
Abdullah meninggal 7 bulan setelah setelah menikah[7]. Syekh Muhammad SAW Al Khidri Buck, professor
sejarah Islam mesir dalam bukunya Nur Al
Yaqin fi Shirat Sayyid Al Mursalin (1953) sebagaimana yang dikutip oleh
Razwi (1997:54), mengatakan bahwa;
“Ia Muhammad SAW bin
Abdullah) lahir di rumah pamannya, Abu Thalib, dalam lindungan bani Hasyim di
makkah pada tanggal 12 Rabiul awal tahun gajah, bertepatan dengan tanggal 08 Juni
570 M. wanita yang membantu Aminah melahirkannya adalah ibu dari Abdurrahman
bin Auf. Aminah, ibunya menyampaikan berita gembira tentang kelahiran putranya
itu kepada Abdul Muthalib dan kemudian datang, menggendongnya di lengannya, dan
menamainya Muhammad SAW”.
Muhammad SAW
terlahir dari keluarga yang relatif miskin, ayahnya bernama Abdullah bin Abdul
Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya, ibunya adalah
Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah, tahun kelahiran nabi Muhammad SAW dikenal
dengan Tahun Gajah (570 M)[8].
Muhammad SAW
lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah telah meninggal tiga bulan
setelah dia menikahi Aminah, Muhammad SAW kemudian diserahkan kepada kepada ibu
pengasuh, Halimah Sa`diyyah. Dalam asuhan Halimah Sa`diyah lah Muhammad SAW
dibesarkan sampai usia empat tahun[9].
Mengenai tahun
ketika Muhammad SAW dilahirkan,
beberapa ahli berlainan pendapat.
Sebagian besar mengatakan pada Tahun Gajah (570
Masehi). Ibn Abbas mengatakan ia dilahirkan pada Tahun Gajah
itu. Yang lain berpendapat kelahirannya itu
lima belas tahun sebelum peristiwa gajah. Selanjutnya ada yang
mengatakan ia dilahirkan beberapa hari
atau beberapa bulan
atau juga beberapa tahun
sesudah Tahun Gajah. Ada yang menaksir tiga puluh tahun,
dan ada juga yang
menaksir sampai tujuh puluh tahun.
Selanjutnya terdapat
perbedaan pendapat mengenai
waktu kelahirannya, yaitu siang atau malam, demikian juga
mengenai tempat kelahirannya di
Mekah. Caussin de Perceval dalam Essai sur
l'Histoire des Arabes
menyatakan, bahwa Muhammad
SAW dilahirkan bulan Agustus 570, yakni Tahun Gajah, dan bahwa dia dilahirkan
di Mekah di rumah kakeknya Abdul-Muttalib[10].
Menurut penanggalan para ahli,
kelahiran Muhammad SAW itu pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah atau tanggal
20 April tahun 571[11]. Adapun sebab dinamakan
tahun kelahiran Nabi itu dengan Tahun Gajah, karena pada tahun itu, kota Mekah
diserang oleh suatu pasukan tentara orang Nasrani yang kuat di bawah pimpinan
Abrahah, gubernur dari kerajaan Nasrani Abessinia yang memerintah di Yaman, dan
mereka bermaksud menghancurkan Ka'bah. Pada waktu itu Abrahah berkenderaan
gajah. Belum lagi maksud mereka tercapai, mereka sudah dihancurkan oleh Allah SWT.
dengan mengirimkan burung Ababil. Oleh karena pasukan itu mempergunakan gajah,
rnaka orang Arab menamakan bala tentara itu pasukan bergajah, sedang tahun
terjadinya peristiwa ini disebut Tahun Gajah[12].
Ketika nabi lahir, nabi sudah dalam
keadaan yatim. Kemudian ketika beliau berusia 6 tahun, Beliau juga ditinggalkan
oleh ibunya, Aminah. Ia mulai bekerja sebagai penggembala kambing di kota Mekah
dataran bumi yang tandus mengikuti tradisi orang Mekah[13]. Ia pun mulai belajar
berdagang. Sikap kejujuran dan keberhasilannya dalam berdagang ini berhasil
meraih simpati Khadijah, seorang janda tua, cerdik lagi kaya. Muhammad SAW
akhirnya terkenal di kota Mekah dengan sifat kejujurannya itu, kemudian
orang-orang Quraish memberikan julukan sebagai satu-satunya orang yang
terpercaya (al amin)[14].
Selain itu, Muhammad SAW dijuluki “al amin” karena mampu mendamaikan para
pemuka Quraisy yang sedang bertikai. Pertikaian ini karena mereka memperebutkan
siapa orang yang berhak menaruh Hajar Aswad pada tempatnya yang semula.
Perselisihan ini hampir menimbulkan pertumpahan darah. Beruntung ini dapat
dicegah ketika Abu Umayyah ibn Mughirah Al Makhzumi mengusulkan agar diserahkan
kepada orang yang pertama masuk pintu Shafa. Dan orang yang pertama kali masuk
pintu Shafa ialah Nabi Muhammad SAW. Kemudian para pimpinan kabilah untuk
menaruh Hajar Aswad tersebut. lalu nabi menggunakan sehelai kain, lalu nabi
meletakan batu itu di atas kain, kemudian Nabi meminta pimpinan kabilah untuk
bersama-sama mengangkat kain yang terdapat batu itu. Setelah itu nabi meletakan
batu itu di atas tempatnya semula. Keputusan ini ternyata memuaskan semua pihak[15].
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad SAW percaya sepenuhnya
dengan ke-Esaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci
sifat-sifat angkuh dan sombong. Ia menyayangi orang-orang miskin, para
janda dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong
mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa di kalangan bangsa Arab
pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai Ash-Shaadiq
yang memiliki arti Yang Benar[16].
B.
PERNIKAHAN NABI
Setelah usia Muhammad SAW mencapai 20
tahun, beliau sering keluar kota untuk berdagang. Karena memang sudah terkenal
terpercaya, maka banyak para pedagang-pedangang besar yang mengajak untuk
bekerja sama dengan Beliau, karena para pedagang tersebut tidak mampu berdagang
sendiri. Muhammad SAW diminta untuk membawa dagangan orang-orang yang tidak
mampu pergi, kesuksesan dalam menunaikan tugas ini membuahkan banyak penawaran
yang lainnya, sehingga ia memperoleh penghasilan yang lebih baik dan pernikahan
menjadi sesuatu hal yang mungkin dilakukan[17].
Ketika Muhammad SAAW mencapai usia remaja dan berkembang menjadi
seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula
dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi
hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil.
Muhammad menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan secepatnya tentang
kejujuran dan sifat dapat dipercaya Muhammad dalam membawa bisnis perdagangan
telah meluas, membuatnya dipercaya sebagai agen penjual perantara barang
dagangan penduduk Mekkah[18].
Seseorang yang telah mendengar tentang anak muda yang sangat
dipercaya dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah. Ia adalah
seseorang yang memiliki status tinggi di suku Arab dan Khadijah
sering pula mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab.
Reputasi Muhammad SAW membuatnya terpesona sehingga membuat Khadijah memintanya
untuk membawa serta barang-barang dagangannya dalam perdagangan. Muhammad SAW dijanjikan
olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan dengan
sekembalinya Muhammad dengan keuntungan yang lebih dari biasanya[19].
Banyak pemuka Quraisy yang ingin Khadijah dan sanggup
membayar mas kawin berapa pun yang dikehendakinya, namun selalu ditolaknya
dengan halus karena tak ada yang berkenan di hatinya.
. Muhammad SAW dikenal sebagai “al amin” (orang dapat dipercaya) di penjuru kota Mekah sebagai orang yang
jujur, dapat diandalkan. Kabar ini berdasarkan laporan orang-orang yang pernah
mempercayakan dagangannya kepada Muhammad SAW. Kabar ini pun terdengar oleh
Khadijah, dan Khadijah meminta Muhammad SAW untuk mendangankan hartanya. Ia
meminta Muhammad SAW untuk mendagangkan hartanya ke Syria, dan ditemani oleh
seorang budak, Maysarah. Untuk hal ini Muhammad SAW dibayar dua kali lebih
besar dari upah terbesar yang biasa diberikan kepada orang Quraish[20].
Pada suatu malam ia bermimpi melihat matahari
turun dari langit, masuk ke dalam rumahnya serta memancarkan sinarnya ke semua
tempat sehingga tiada sebuah rumah di kota Makkah yang luput dari sinarnya.
Mimpi itu diceritakan kepada anak bapak saudaranya yang bernama Waraqah bin
Naufal. Dia seorang lelaki yang berumur lanjut, ahli dalam mentakbirkan mimpi
dan ahli tentang sejarah bangsa-bangsa purba. Waraqah juga mempunyai
pengetahuan luas dalam agama yang dibawa oleh Nabi-Nabi terdahulu.
Waraqah berkata: “Takwil dari mimpimu itu
ialah bahwa engkau akan menikah kelak dengan seorang Nabi akhir zaman.”
“Nabi itu berasal dari negeri mana?” tanya
Khadijah bersungguh-sungguh.”Dari kota Makkah ini!” ujar Waraqah singkat.
“Dari
suku mana?”
“Dari
suku Quraisy juga.”
Khadijah
bertanya lebih jauh: “Dari keluarga mana?”
“Dari
keluarga Bani Hasyim, keluarga terhormat,” kata Waraqah dengan nada menghibur.
Khadijah
terdiam sejenak, kemudian tanpa sabar meneruskan pertanyaan terakhir: “Siapakah
nama bakal orang agung itu, hai anak bapa saudaraku?”
Orang tua itu mempertegas: “Namanya Muhammad SAW
SAW. Dialah bakal suamimu!”
Khadijah pulang ke rumahnya dengan perasaan
yang luar biasa gembiranya. Belum pernah ia merasakan kegembiraan sedemikian
hebat. Maka sejak itulah Khadijah sentiasa bersikap menunggu dari manakah
gerangan kelak munculnya sang pemimpin itu[21].
Muhammad SAW, bakal suami wanita hartawan
itu, adalah seorang yatim piatu yang miskin sejak kecilnya, dipelihara oleh saudara
bapaknya, Abu Thalib, yang hidupnya pun serba kekurangan. Meskipun demikian, Abu
Thalib amat sayang kepadanya, menganggapnya seperti anak kandung sendiri,
mendidik dan mengasuhnya sebaik-baiknya dengan adab, tingkah laku dan budi
pekerti yang terpuji. Pada suatu ketika, Abu Thalib berbincang-bincang dengan
saudara perempuannya bernama ‘Atiqah mengenai diri Muhammad SAW.
Beliau berkata: “Muhammad SAW sudah pemuda
dua puluh empat tahun. Semestinyalah sudah kahwin.Tapi kita tak mampu
mengadakan perbelanjaan, dan tidak tahu apa yang harus diperbuat.”
Setelah memikirkan segala ikhtiar, ‘Atiqah
pun berkata: “Saudaraku, saya mendengar berita bahwa Khadijah akan
memberangkatkan kafilah niaga ke negeri Syam dalam waktu dekat ini. Siapa yang
berhubungan dengannya biasanya rezekinya bagus, diberkati Allah SWT. Bagaimana
kalau kita pekerjakan Muhammad SAW kepadanya? Saya kira inilah jalan untuk
memperolehi nafkah, kemudian dicarikan isterinya.”
Abu Thalib menyetujui saranan saudara
perempuannya.Dirundingkan dengan Muhammad SAW, ia pun tidak keberatan.‘Atiqah
mendatangi wanita hartawan itu, melamar pekerjaan bagi Muhammad SAW, agar
kiranya dapat diikutsertakan dalam kafilah niaga ke negeri Syam.
Khadijah, tatkala mendengar nama Muhammad, ia
berfikir dalam hatinya: “Oh… inilah takdir mimpiku sebagaimana yang diramalkan
oleh Waraqah bin Naufal, bahawa ia dari suku Quraisy dan dari keluarga Bani
Hasyim, dan namanya Muhammad SAW, orang terpuji, berbudi pekerti tinggi dan nabi
akhir zaman.” Seketika itu juga timbullah hasrat di dalam hatinya untuk
bersuamikan Muhammad, tetapi tidak dilahirkannya karena khuatir akan fitnah.
“Baiklah,” ujar Khadijah kepada ‘Atiqah,
“saya terima Muhammad dan saya berterima kasih atas kesediaannya. Semoga Allah SWT
melimpahkan berkatnya atas kitabersama.”. Wajah Khadijah cerah, tersenyum
sopan,menyembunyikan apa yang tersudut di kalbunya.Kemudian ia meneruskan:
“Wahai ‘Atiqah, saya tempatkan setiap orang dalam rombongan niaga dengan
penghasilan tinggi, dan bagi Muhammad SAW SAW akan diberikan lebih tinggi dari
biasanya.”
Atiqah berterima kasih, ia pulang dengan
perasaan gembira menemui saudaranya, menceritakan kepadanya hasil
perundingannya dengan wanita hartawan dan budiman itu. Abu Thalib menyambutnya
dengan gembira. Kedua bersaudara itu memanggil Muhammad SAW seraya berkata:
“Pergilah anakanda kepada Khadijah, ia menerima engkau sebagai pekerjanya.
Kerjakanlah tugasmu sebaik-baiknya.[22]”
Setelah Muhammad SAW kembali dari
Syria, Khadijah bertanya kepada Muhammad SAW
mengenai cara beliau transaksi dan sebagainya. Ternyata Khadijah
diuntungkan sampai dua kali lipat dari biasanya. Tanpa disadari disinilah
ternyata Khadijah mulai tertarik kepada Muhammad SAW, dan akhirnya khadijah
mengajak Muhammad SAW untuk menikah dengannya.
Nabi menikahi Sayyidah Khadijah pada
usia 25 tahun, sementara Khadijah berumur 40 tahun. Namun sebagian sejarawan
menyebutkan usia khadijah 25 tahun, dan yang lain menyatakan 28 tahun[23]. Juga dikatakan bahwa Sayyidah
Khadijah pernah dua kali menikah, sebelum menikah dengan Nabi SAW, namun
sebagian sejarawan menyangkal hal ini dan mengisyaratkan bahwa ia masih perawan
ketika nabi menikahinya[24]. Pendapat lain mengatakan,
Nabi mengawini Khadijah ketika Nabi masih berumur 25
tahun, sedangkan Khadijah sudah berumur 40 tahun. Khadijah sebelumnya sudah
menikah 2 kali sebelum menikah dengan Nabi SAW. Suami pertama Khadijah adalah
Aby Haleh Al Tamimy dan suami keduanya adalah Oteaq Almakzomy, keduanya sudah
meninggal sehingga menyebabkan Khadijah menjadi janda[25].
C.
WAHYU
PERTAMA
Muhammad SAW dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan
kekerasan, pertempuran dan penyembahan berhala. Ia sering menyendiri
ke Gua Hira',
sebuah gua bukit dekat Mekah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur
karena bertentangan sikap dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut. Di
sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya
memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Aisyah RA seperti yang
diriwayatkan dalah Shahih Bukhari-berkata, awal permulaan wahyu kepada
Rasulullah SAW. adalah mimpi yang benar. Beliau
tidak melihat sesuatu mimpi, kecuali mimpi tersebut datang seperti cahaya
subuh. Kemudian beliau menyendiri di Gua Hira[26]
untuk beribadah beberapa malam sebelum kembali ke keluarganya dan mengambil
bekal untuk kegiatannya itu sampai beliau dikejutkan oleh kedatangan Malaikat
Jibril pada saat berada di Gua Hira[27].
Dari hadis di atas kita bisa mengetahui bahwa
wahyu pertama kali kepada nabi yaitu berupa mimpi (pemandangan) tidur, yang
merupakan cahaya yang terang seperti cuaca di waktu pagi. Kemudian pada lain
waktu beliau kedatangan malaikat pembawa wahyu, padahal beliau sedang berada di
Gua Hira.
Ramadhan merupakan bulan biasa digunakan
untuk mengasingkan diri. Pada suatu malam menjelang akhir Ramadhan dalam usia
beliau yang ke empat puluh, ketika beliau sedang sendirian dalam goa datanglah
malaikat dalam rupa manusia[28].
Malaikat Jibril mendatangi beliau dan
berkata, “Bacalah!” Rasulullah SAW. menjawab, “Saya tidak dapat membaca.”
Beliau mengatakan, lalu malaikat itu memegang dan mendekapku sampai aku merasa
lelah. Kemudian ia melepaskanku dan megnatakan, “Bacalah!” Aku menjawab, “Aku
tidak dapat membaca!’ Malaikat itu mengulanginya untuk yang ketiga sambil
mengatakan, “Iqra’ bismi rabbikal ladzii khalaq; bacalah, dengan menyebut nama
Rabbmu yang menciptakan.[29]”
(Al-’Alaq: 1)
Kemudian Rasulullah SAW. pulang. Kepada isterinya,
Khadijah, beliau berkata, “Selimuti aku, selimuti aku.” Lalu beliau diselimuti
sampai rasa keterkejutannya hilang. Kemudian beliau menceritakan apa yang
terjadi kepada Khadijah. “Aku Khawatir terhadap diriku.” Khadijah menjawab,
“Tidak. Demi Allah, sama sekali Dia tidak akan menghinakanmu selamanya. Sebab,
engkau orang yang mempererat tali persaudaraan dan memikul beban orang lain.
Engkau orang yang menghormati tamu, membantu orang yang susah, dan membela
orang-orang yang berdiri di atas kebenaran.”
Kemudian Khadijah pergi bersama Nabi SAW.
menemui sepupunya, Waraqah bin Naufal. Waraqah pernah menulis kitab Injil
berbahasa Ibrani. Khadijah berkata, “Wahai anak pamanku, dengarlah apa yang
dikatakan oleh anak saudarmu.” Waraqah bertanya dan ketika Rasulullah SAW.
menceritakan peristiwa yang dialaminya, ia berkata, “Itu adalah Namus (Jibril)
yang pernah diutus Allah SWT. kepada Nabi Musa AS Alangkah bahagianya seandainya aku masih muda
perkasa. Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir
oleh kaummu.”
Rasulullah SAW. bertanya, “Apakah mereka akan
mengusirku?” Waraqah menjawab, “Ya. Tidak seorang pun yang datang membawa
seperti yang kamu bawa kecuali akan diperangi. Seandainya kelak aku masih hidup
dan mengalami hari yang kamu hadapi itu pasti aku akan membantumu sekuat
tenagaku.”
Setelah itu, selama tiga tahun lamanya
Rasulullah SAW. berdakwah secara rahasia. Hingga kemudian turun surat Al-Hijr
ayat 94 yang memerintahkan Rasulullah SAW. agar berdakwah secara
terang-terangan. “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa
yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musryik.[30]”
D. ORANG-ORANG
YANG PERTAMA KALI BERIMAN ATAS KERASULAN MUHAMMAD SAW
Selama
tiga tahun pertama, Muhammad SAW hanya menyebarkan agama terbatas kepada
teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan
meyakini ajaran Muhammad SAW adalah para anggota keluarganya serta golongan
masyarakat awam. Muhammad SAW menjadi nabi dan berdakwah pada kisaran tahun 610 - 614 Masehi. Setelah adanya wahyu, surat Al-Muddatsir:
1-7[31] sebagai berikut:
$pkr'¯»t ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ óOè% öÉRr'sù ÇËÈ y7/uur ÷Éi9s3sù ÇÌÈ y7t/$uÏOur
öÎdgsÜsù ÇÍÈ tô_9$#ur
öàf÷d$$sù
ÇÎÈ wur `ãYôJs? çÏYõ3tGó¡n@
ÇÏÈ Îh/tÏ9ur
÷É9ô¹$$sù
ÇÐÈ
1)
Hai
orang yang berkemul (berselimut),
2)
bangunlah,
lalu berilah peringatan!
3)
dan
Tuhanmu agungkanlah!
4)
dan
pakaianmu bersihkanlah,
5)
dan
perbuatan dosa tinggalkanlah,
6)
dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
7)
dan
untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Dengan
turunnya surat Al-Muddatsir ini, mulailah Rasulullah berdakwah. Mula-mula ia
melakukannya secara sembunyi-sembunyi di lingkungan keluarga, sahabat, pengasuh dan budaknya.
Orang pertama yang menyambut dakwahnya adalah Khadijah, istrinya. Dialah yang
pertama kali masuk Islam. Menyusul setelah itu adalah Ali bin Abi Thalib, saudara sepupunya yang
kala itu baru berumur 10 tahun, sehingga Ali menjadi lelaki pertama yang masuk
Islam[32].
Kemudian
Abu Bakar, sahabat karibnya sejak
masa kanak-kanak. Baru kemudian diikuti oleh Zaid bin Haritsah, bekas budak yang telah menjadi anak
angkatnya, dan Ummu Aiman, pengasuh Muhammad SAW sejak ibunya masih hidup. Setelah mereka, lalu
masuk yang lainnya. Abu Bakar sendiri kemudian berhasil mengislamkan beberapa
orang teman dekatnya, seperti, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqas, dan Thalhah bin Ubaidillah. Dari dakwah yang masih
rahasia ini, belasan orang telah masuk Islam. Sedangkan menurut sejarah Islam,
putri Abu Bakar yaitu Aisyah adalah orang ke 21 atau
22 yang masuk Islam[33].
Dengan
sudah mulai masuknya para pemeluk Islam Muhammad
SAW mulai merasa perlu mencari sebuah tempat bagi para pemeluk Islam dapat
berkumpul bersama. Di tempat itu akan diajarkan kepada mereka tentang
prinsip-prinsip Islam, membacakan ayat-ayat Al-Qur'an, menerangkan
makna dan kandungannya, menjelaskan hukum-hukumnya dan mengajak mereka untuk
melaksanakan dan mempraktikkannya. Pada akhirnya Muhammad SAW memilih sebuah
rumah di bukit Shafa milik Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam. Semua kegiatan itu dilakukan secara rahasia tanpa
sepengetahuan siapa pun dari kalangan orang-orang kafir.
Rumah Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam ini
merupakan Madrasah pertama sepanjang sejarah Islam, tempat ilmu pengetahuan
dan amal saleh diajarkan secara terpadu oleh sang guru pertama, yaitu Muhammad SAW
Rasulallah. Ia sendiri yang mengajar dan mengawasi proses pendidikan disana.
Orang-orang
yang pertama masuk Islam ini kemudian populer disebut As Sabiqun Al Awalun. Yaitu orang-orang terdahulu pertama kali
masuk/ memeluk Islam. Kebanyakan dari mereka adalah para budak, fakir miskin, dan
orang-orang yang lemah[34].
Yang termasuk As-Sabiqun
Al-Awwalun adalah sebagai berikut:
Khadijah, Zaid bin
Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Al-Shiddiq, Ummu Aiman, merekalah orang
yang pertama kalinya mengucap kalimat dua syahadat, lalu menyebar ke yang
lainnya. Kesemuanya berasal dari kabilah Quraisy[35].
E.
BERDAKWAH SECARA TERANG-TERANGAN
Dakwah secara siriyyah nabi dilakukan selama kurang lebih 3 tahun dan hanya
40 orang yang beriman terhadap ajaran nabi Muhammad SAW. Maka
turunlah ayat:
öÉRr&ur y7s?uϱtã úüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ
Artinya:
Dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, (26: 214)
÷íyô¹$$sù
$yJÎ/ ãtB÷sè?
óÚÌôãr&ur
Ç`tã
tûüÏ.Îô³ßJø9$# ÇÒÍÈ $¯RÎ)
y7»oYøxÿx. úïÏäÌöktJó¡ßJø9$# ÇÒÎÈ
Artinya:
Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (15: 94)
Sesungguhnya
Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan
(kamu). (15:95).
Muhammad
SAW mulai terbuka menjalankan dakwah secara terang-terangan. Mula-mula ia
mengundang kerabat karibnya bangsa Quraisy dalam sebuah jamuan.
Pada kesempatan itu ia menyampaikan ajarannya.
Namun
ternyata hanya sedikit yang menerimanya. Sebagian menolak dengan halus,
sebagian menolak dengan kasar, salah satunya adalah Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil. Mereka sangat membenci
ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW.
Sebelum
kelahiran Muhammad SAW, orang-orang Arab Quraisy adalah para penyembah berhala. Mereka suka membunuh
anak laki-Iaki dan menanam hidup-hidup anak perempuan. Mereka mudah membunuh
sebagian yang lain hanya karena hal-hal yang sepele. Oleh karena itu ketika Muhammad
SAW mengajak mereka untuk menyembah Allah yang Esa, meninggalkan kepercayaan
mereka, mereka marah besar. Mereka yang semula cinta kepadanya berubah menjadi
kebencian dan kemarahan. Sedangkan mereka yang semula membenarkan Muhammad SAW,
telah berubah menjadi orang-orang yang mendustakannya[36].
Rasulullah SAW. pun menjalankan perintah itu.
Berdakwah secara terang-terangan selama 10 tahun. Terutama di musim-musin haji.
Beliau mendatangi orang-orang dari rumah ke rumah. Berdakwah di Pasar ‘Ukkadz,
Majannah, dan Dzul-Majaz. Beliau mengajak orang banyak untuk memeluk Islam dan
menawarkan surga sebagai imbalan. Beliau sampaikan seluruh risalah Allah SWT.
yang sampai kepadanya ketika itu. Namun, tidak banyak yang mau menyambut
ajakannya[37].
Setelah nabi Muhammad SAW melakukan dakwah
secara terang-terangan pemimpin Quraisy berusaha menghalangi dakwah Rasul,
semakin banyak yang masuk Islam maka semakin besar pula gangguan dari kaum
Quraisy. Ada lima faktor yang menyebabkan kafir Quraisy selalu ingin
mengahalngi dakwah nabi Muhammad SAW, yaitu:[38]
(1) Mereka tidak membedakan kenabian dengan
kekuasaan. Mereka mengita bahwa tuntuk kepada seruan Muhammad SAW berarti
tunduk kepada Bani Abdul Muthalib yang sangat tidak mereka inginkan;
(2) Nabi Muhammad SAW menyerukan persamaan antara
yang kaya dengan hamba sahaya (budak), hal ini tidak disetujui oleh kalangan
bangSAWan Quraisy;
(3) Kaum kafir Quraisy menolak ajaran tentang
hari kebangkitan dan adanya pembalasan di akhirat;
(4) Taklid kepada nenek moyang adalah sudah
menjadi kebiasaan pada bangsa Arab; dan
(5) Para pembuat patung memandang ajaran Islam
sebagai penghambat rejeki mereka.
Bahkan Rasulullah SAW menemui banyak
rintangan. Berbagai macam siksaan yang menyulitkan langkah dakwahnya datang
dari masyarakat Mekah. Tidak sedikit orang menuduh beliau sebagai orang gila,
tukang sihir, atau dukun.
Banyak cara yang ditempuh oleh kaum Quraisy
untuk mencegah dakwah nabi Muhammad SAW. Mereka mendatangi paman nabi, Abu
Thalib[39].
Kemudian kafir Quraisy memberikan ancaman kepada Abu Talib dengan memberikan
dua pilihan, yaitu kafir Quraisy meminta Abu Thalib menghentikan dakwah nabi
Muhammad SAW, atau kafir Quraisy sendirri yang akan menanganinya. Abu Thalib
pun sedikit takut dengan ancaman itu, dan meminta nabi Muhammad SAW untuk menghentikan dakwahnya, namun nabi menolak
dengan mengatakan:
“Demi Allah saya tidak akan berhenti
memperjuangkan amanah Allah ini, walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak
saudara akan mengucilkan saya”.
Abu Thalib pun terharu mendengar kata-kata
itu, dan berkata: “Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu”[40].
F. HIJRAH KE HABASYAH
Pada tahun ke-5 kenabian, Rasulullah SAW
memerintahkan para sahabatnya hijrah ke Habasyah (sekarang Ethiopia). Keputusan
ini diambil karena siksaan yang dilakukan masyarakat Quraisy terhadap kaum
muslimin ketika itu semakin gencar. Rasulullah SAW memilih Habasyah karena, “Di
sana terdapat seorang pemimpin yang tidak aniaya terhadap siapa pun yang ada di
dekatnya.”
Rombongan sahabat Rasulullah SAW. yang hijrah
pertama kali ini terdiri atas 12 orang pria dan 4 orang wanita. Rasulullah SAW
menunjuk Utsman bin Affan sebagai amir kafilah hijrah ini[41].
G. HIJRAH KEDUA KE HABASYAH
Tak lama kemudian Hamzah bin Abdul Muthallib
dan Umar bin Khaththab masuk Islam. Kabar ini sampai ke telinga para sahabat
yang hijrah di Habasyah. Mereka tahu betul bahwa Hamzah dan Umar adalah sosok
yang punya karakter, berani, dan perkasa. Karena itu mereka yakin bahwa dengan
masuknya kedua orang itu kaum muslimin di Mekah akan menjadi kuat. Karena itu,
para muhajirin itu memutuskan untuk kembali pulang ke Mekah.
Namun, tatkala sampai ke Mekah mereka
mendapati tidak seluruh kaum muslimin terbebas dari siksaan kaum Quraisy.
Terutama mereka-mereka yang tidak mendapatkan jaminan keselamatan dari
tokoh-tokoh Quraisy terpandang. Ketika siksaan dari kaum Quraisy sampai pada
titik puncak yang tak bisa ditanggung lagi oleh kaum muslimin yang lemah,
Rasulullah SAW. mengizinkan mereka kembali hijrah ke Habasyah.
Hijrah yang kedua kalinya ini dilakukan oleh
83 orang pria dan 19 orang wanita. Kaum musyrikin Quraisy mengutus Amr bin
Al-’Ash dan ‘Ammarah bin Al-Walid menemui Najasyi, Raja Habasyah. Mereka
membawa berbagai hadiah. Mereka meminta Najasyi mengekstradisi kaum muslimin
lari dari Mekah. Namun Najasyi menolak sebelum mendengar langsung perkara yang
sebenarnya dari pihak kaum muslimin.
Ja’far bin Abu Thalib RA tampil menjadi juru
bicara kaum muslimin. Ia menjelaskan keadaan mereka ketika di masa jahiliyah
dan bagaimana mereka berubah ketika menerima Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Hidayah itu telah mengubah diri mereka menjadi pribadi yang berakhlak mulia.
Ja’far juga memperdengarkan beberapa ayat Al-Qur’an kepada Raja Najasyi, yaitu
awal surat Maryam. Ayat itu berisi padangan Islam tentang Isa bin Maryam AS Isa
adalah seorang hamba Allah dan Rasul-Nya. Mendengar keterangan itu, Najasyi
memutuskan mengembalikan semua hadiah kaum musyrikin Quraisy dan memuliakan
kaum muslimin sebagai tamu di negerinya.
H. BERBAGAI JENIS SIKSAAN YANG MENIMPA
RASULULLAH SAW. DAN SAHABATNYA
Ada dua alasan mengapa kaum Quraisy tidak mau
menerima dakwah Rasulullah SAW. padahal mereka tahu betul akan kepribadian
Rasulullah SAW. yang tidak pernah berdusta. Bahkan mereka sendiri menggelari
Rasulullah SAW. dengan sebutan Al-Amin (orang yang terpercaya)[42].
Alasan
pertama, ritual penyembahan mereka kepada berhala
adalah tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Karena itu, Islam
dipandang sebagai ajaran yang mengancam tradisi leluhur yang harus mereka
pertahankan. Alasan kedua, kaum Quraisy
secara turun temurun punya kedudukan tinggi di masyarakat Mekah. Mereka
mengurus jamaah haji, memegang kunci Ka’bah, dan menguasai sumur Zamzam.
Kedatangan Islam akan menggeser hak istimewa mereka itu. Karena itu, mereka
menolak dakwah Rasulullah SAW.
Mereka berusaha menghentikan dakwah
Rasulullah SAW. Mereka menawarkan tiga hal -harta, tahta, dan wanita-kepada
Rasulullah SAW. agar berhenti mendakwahkan Islam. Rasulullah SAW. Menolak,
Bahkan Rasulullah SAW menawarkan, “Ucapkanlah laa ilaaha illallah, niscaya
kalian akan mengusai bangsa Arab.”
Cara “halus” tak berhasil. Mereka menebar
teror dengan siksaan terhadap Nabi dan kaum muslimin. Jika terhadap muslim yang
memiliki kedudukan dan kehormatan dalam masyarakat, musyrikin Quraisy hanya
menebar ancaman. Abu Jahal mengintimidasi seorang muslim golongan ini, “Engkau
tinggalkan agama nenek moyangmu, padahal mereka lebih baik darimu. Kami akan
rendahkan angan-anganmu. Kami akan lecehkan kehormatanmu. Akan kami rusak
usahamu dan kami hancurkan hartamu.”
Terhadap kaum muslimin dari golongan lemah
-apakah lemah secara ekonomi (fakir miskin atau lemah secara status sosial
(budak)-musyrikin Quraisy tidak segan-segan menyiksa mereka. Bani Makhzum
menyiksa keluarga Yasir. Yasin dan istrinya, Sumayyah, syahid dalam siksaan
tersebut. Ammar bin Yasir memelas kepada Rasulullah SAW., “Wahai Rasul, siksaan
kepada kami telah mencapai puncaknya.” Rasulullah SAW. menghibur Ammar,
“Bersabarlah, wahai Abul Yaqdzan. Bersabarlah, wahai keluarga Yasir. Balasan
untuk kalian adalah surga.”
Kaum musyrikin juga menyeret Bilal bin Rabah
ke tengah padang pasir di tengah hari. Mereka melempari tubuh telanjang Bilal
dengan batu-batu yang terpanggang panas matahari. Kemudian menindih dada Bilal
dengan batu besar. Mereka memerintahkan Bilal menyebut nama tuhan-tuhan mereka.
Tapi Bilal menolak. Ia mengucap, “Ahad, Ahad….”
I.
ISRA’ DAN MI’RAJ
Di tengah
himpitan musuh dan kehilangan pembela, Rasulullah SAW. ditemani Jibril,
diperjalankan oleh Allah SWT. dari Mekah ke Baitul Maqdis dengan mengendarai
Buraq. Di Baitul Maqdis Rasulullah SAW. shalat dan menjadi imam dengan makmum
para nabi. Setelah itu, Nabi SAW. naik ke langit dunia. Di sana beliau bertemu
dengan Nabi Adam a.s. Di langit kedua bertemu dengan Nabi Isa dan Yahya a.s. Di
langit ketiga bertemu Nabi Yusuf a.s. Di langit keempat Nabi Idris. Di langit
kelima bertemua Nabi Harun. Di langit kelima bertemu dengan Nabi Musa a.s. Di
langit ketujuh bertemu Nabi Ibrahim a.s. Kemudian Rasulullah SAW. sampai di
Sidratul Muntaha, lalu diangkat ke Baitul Ma’mur. Di sini Jibril terlihat dalam
bentuknya yang asli.
Allah SAW.
telah berbicara dengan Rasulullah SAW. dan memberi perintah wajibnya shalat 5
waktu. Sebelumnya perintah itu adalah 50 kali dalam sehari semalam. Tapi,
setelah berdiskusi dengan Nabi Musa, Rasulullah SAW. bolak-balik meminta
keringanan kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW.
menceritakan tentang peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini kepada kaum muslimin dan
penduduk Mekah. Kaum musyrikin mendustakan, meski Rasulullah SAW. mampu memberi
bukti dengan menerangkan secara terperinci tentang Baitul Maqdis dan kafilah Quraisy
yang tengah kembali dari Syam.
Hanya Abu Bakar
orang yang tidak ragu dengan cerita Rasulullah SAW. tersebut. Tak heran jika
Rasulullah SAW. memberinya gelar As-Shiddiq.
J. HIJRAH KE MADINAH
Di Mekah terdapat Ka'bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku berziarah ke Ka'bah dalam
suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad
SAW mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang
tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka menemui Muhammad SAW dan beberapa orang Islam dari Mekah di suatu
tempat bernama Aqabah secara
sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk
melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad SAW) dan orang-orang Islam Mekah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam
dari Yathrib datang lagi ke Mekah. Mereka menemui Muhammad SAW di tempat mereka
bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu
belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang
orang-orang Islam Mekah untuk berhijrah ke Yathrib. Muhammad SAW akhirnya
setuju untuk berhijrah ke kota itu.
Ada beberapa alasan nabi memilih Madinah
sebagai tempat menyebarkan Islam, yaitu:
1)
Madinah tanahnya subur, sehingga dari sisi finansial umat Islam
bisa sedikit terbantu
2)
Adanya bantuan dari pihak Anshor yang sudah siap jiwa dan raga
untuk berkorban membantu nabi Muhammad SAW dalam menyiarkan agama Islam
3)
Adanya keinginan dari suku Aus dan Khazraj untuk mencari yang bida
mendamaikan mereke yang sedang bertikai. Salah satu caranya adalah mencari
seorang yang adil tetapi bukan dari warga Madinah, maka kedua kelompok suku
tersebut mengajak/ menunjuk nabi untuk bisa mendamaikan mereka[43].
Mengetahui bahwa banyak masyarakat Islam
berniat meninggalkan Mekah, masyarakat jahiliyah Mekah berusaha menghalang-halanginya, karena beranggapan bahwa bila
dibiarkan berhijrah ke Yathrib, orang-orang Islam akan mendapat peluang untuk
mengembangkan agama mereka ke daerah-daerah yang lain. Setelah berlangsung
selama kurang lebih dua bulan, masyarakat Islam dari Mekah pada akhirnya
berhasil sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinah
atau "Madinatun Nabi" (kota Nabi).
REFERENSI
Ahmad Syalabi, Mausu`at al-Tarikh al Islam wa al Hadharat al
Islamiyah, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah
Badri Yatim, (2002)
Sejarah Peradaban Islam, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.
Esposito, John (1998). Islam:
The Straight Path. Oxford University Press.
Hart, Michael. 2007. 100
Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa. Batam: Karisma Publising Group.
M.m. Al a`zami (2006) The
History of Quranic Text from Relevation to Compilation. Penerjemah Sohirin
Solihin. Jakarta; Gema insani.
Martin Lings.
(1991) His Life Based on The Earlieat
Sources. Islamic Text Society. Cambride. United Kingdom..
Maulana
Wahiduddin Khan, (2005) Muhammad SAW Nabi Untuk Semua. Jakarta;
Pustaka Alfabet.
Moenawar Chalil, (2001) Pertama Masuk Islam, Kelengkapan Tarikh
Nabi Muhammad SAW. Jakarta; Gema Insani Press.
Muhammad Husaen Haekal, (1990) Sejarah Hidup Muhammad,
(Jakarta:Litera Antarnusa.
Ordoni Abu Muhammad SAW. (2007) Fathimah
Buah Cinta Rasulullah. Jakarta; Pustaka Zahra.
Qadi `Iyad Ibn Musa al-Yashubi (2003) Muhammad
SAW Messengger of Allah. Scotland; Madinah Press Inverness.
Razwy, Sayed Ali Asgher (1997) Muhammad
Rasulullah SAW. Terj. Dede Azwar Nurmansyah. Jakarta; Pustaka Zahra.
Thomas, Arnold. (1979) The Preaching
of Islam. Terj. H.A. Nawawi Rambe. Jakarta: Widjadja.
www.http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad#Kerasulan
SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW SAW PERIODE MEKAH
MAKALAH
Disusun
Sebagai Tugas Mandiri Pada Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Semester
Ganjil Tahun Akademik 2010-2011
Oleh:
AGUS
RUSWANDI
NIM: 2.210.9002
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2010 M/ 1431 H
[1] Maulana
Wahiduddin Khan, Muhammad SAW Nabi Untuk
Semua. Pustaka Alfabet; Jakarta. 2005. 154
[2] http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad#Kerasulan
[5] http://pustaka-ebook.com/sejarah-nabi-muhammad-saw/
[6] Sebagian
riwayat menyebutkan ketika berusia 20 tahun
[7] Razwy,
Sayed Ali Asgher, Muhammad Rasulullah SAW, Terj. Dede Azwar Nurmansyah. Jakarta: Pustaka Zahra. Penterjemah,. 1997.
43.
[8] Muhammad Husaen Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta:Litera
Antarnusa, 1990), hal 49.
[9] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta; PT. Raja
Grafindo Persada, 2002) hal 49
[13] M.m. Al
a`zami. The history of quranic text from
relevation to compilation. Penerjemah., Sohirin Solihin. Gema insani.
Jakarta. 2006. 25
[14] Op cit. 26
[15] Peristiwa
ini terjadi sekitar tahun 605 M, ketika Nabi berusia 35 tahun.
[16] http://pustaka-ebook.com/sejarah-nabi-muhammad-saw/
[17] Martin Lings. His life based on the earlieat sources. Islamic text society.
Cambride. United kingdom. 1991. 64.
[18] http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad
[19] http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad
[20] Op.cit 66
[22] http://www.al-huda.net/cari_arkib_arkib.php?id=17
[23] Ordoni Abu Muhammad SAW. Fathimah Buah Cinta Rasulullah. Jakarta.
Zahra. 2007. 33
[24] Op.cit 33
[25]
http://arishu.blogspot.com
[26] Gua Hira
terletak sekitar tiga mil di sebelah utara kota Mekah
[28] Martin Lings. His life based on the earlieat sources. Islamic text society.
Cambride. United kingdom. 1991. 83
[29] Peristiwa
ini terjadi pada malam senin 17 Ramadhan tahun 13 sebelum Hijrah bertepatan
dengan 6 Agustus 610 M. Yakni waktu
wahyu pertama kali turun surat Al Alaq ayat 1-5
[30] http://www.al-huda.net/cari_arkib_arkib.php?id=17
[32] http://www.al-huda.net/cari_arkib_arkib.php?id=17
[33] http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html
[34] http://muslim.condetsoft.com/index_files/sejarah_rasulullah_saw.htm
[35] http://id.wikipedia.org/wiki/As-Sabiqun_al-Awwalun
[36] http://www.al-huda.net/cari_arkib_arkib.php?id=17
[37] Ahmad Syalabi, Mausu`at al-Tarikh al Islam wa al Hadharat al
Islamiyah, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah
[38] Ahmad Syalabi, Mausu`at al-Tarikh al Islam wa al Hadharat al Islamiyah,
(Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, 1974), hal 87-90
[39] Kafir Quraisy mendatangi Abu Thalib karena sangat disegani waktu
itu, dan perlindungan nabi terletak pada Abu Thalib.
[40] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 2002: 21
[41] http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad
[42]
Dakwatuna.com
[43] Thomas, Arnold. The Preaching of Islam. Terj. H.A. Nawawi Rambe.
Jakarta: Widjadja, 1979. hal 19.
semoga kita tetap istiqomah mengikutin rosulullah..
BalasHapusPunten, ada sebagian teks yang tertutupi oleh gambar-gambar yang terdapat di atas. Terima kasih.
BalasHapus