Sabtu, 17 Maret 2012

Islam Masa Abu Bakar As-Shiddiq


Oleh : Deni Nuryadin

PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Ketika orang muslim ditanya tentang siapakah penerus Rasulullah s.a.w.  dalam tambuk ke khalifahan, terbenak dalam pikiran mereka terhadap Khulafaur Rasyidin. Istilah khalifah berasal dari bahasa Arab, artinya di belakang. Sedangkan, Rasyidin artinya yang mendapat petunjuk/kebenaran. Jika disimpulkan, Khulafaur Rasyidin adalah orang-orang yang mendapat petunjuk sepeninggal Rasulullah s.a.w.  sekaligus yang meneruskan perjuangan dakwah beliau. Adapun, mereka yang termasuk Khulafaur Rasyidin adalah Abu Bakar Ashidiq, Umar Bin khatab, Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib. Pemimpin setelah Ali Bin Abi Thalib dianggap tidak sesuai aturan yang benar dalam proses pemilihannya, jika yang menjadi dasar pengangkatannya adalah nilai etik dan moral dalam Islam.
Salah satunya Abu Bakar, beliau sangat setia menemani Rasulullah s.a.w.  ketika hijrah, juga pengganti imam salat ketika Rasulullah s.a.w.  sakit. Alasannya, Abu Bakar merupakan muslim pertama yang beriman kepada Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w.  Bahkan, untuk membuktikan keimanannya Abu Bakar termasuk shahabat yang paling banyak berkorban. Sejak mulai masuk Islam, hasrat membantu Nabi berdakwah menegakan agama Allah s.w.t. dan membela kaum Muslimin sangat besar. la lebih mencintai Rasulullah s.a.w. daripada dirinya sendiri, mendampinginya selalu dalam setiap peristiwa. Di samping itu, teguh akhlaknya pun sudah mendekati kesempurnaan, cintanya begitu besar kepada orang yang dekat kepadanya. Jika demikian halnya, tidak heran bila Muslimin kemudian mengangkatnya sebagai pengganti Rasulullah s.a.w.  Dialah yang telah memulai sejarah lahirnya kedaulatan Islam, kemudian menyebar di timur dan di barat, ke India dan Tiongkok di Asia, ke Maroko dan Andalusia di Afrika serta Eropa.

Abu Bakar seorang laki-laki yang rendah hati, begitu mudah terharu, begitu halus perasaannya, bergaul dengan orang-orang papa, dengan mereka yang lemah, dan dalam dirinya terpendam suatu kekuatan yang dahsyat sekali. Dengan kemampuan yang luar biasa dalam membina tokoh-tokoh serta dalam menampilkan posisi dan bakat mereka, tak kenal ragu, dan pantang mundur. Ia mendorong mereka terjun ke dalam lapangan yang bermanfaat untuk kepentingan umum, menyalurkan segala kekuatan dengan kemampuan yang telah dikaruniakan Allah s.w.t.  kepada mereka. Sungguhpun begitu, kebesaran Abu Bakar adalah kebesaran yang tanpa suara, kebesaran yang tak mau berbicara tentang dirinya. Itulah kebesaran jiwa, kebesaran iman yang sungguh-sungguh kepada Allah s.w.t.  dan wahyu yang disampaikan oleh Rasulullah s.a.w.
Oleh karena itu, pembahasan biografi menjadi penting artinya, ketika awal membicarakannya. Agar, memudahkan mengenal sahabat yang sangat dekat dengan nabi, orang yang paling setia dan paling taat terhadap ajaran-ajarannya. Di samping itu, ia memang orang yang sangat ramah dan lembut hati, karena dia jugalah puluhan dan ratusan ribu muslimin tersebar ke segenap penjuru. Juga, karena kelembutan hatinya, dia terpilih menjadi Khalifah pertama.
Ciri khas masa pemerintahan Abu Bakar memiliki jati diri dan bentuk yang sempurna, yaitu dalam hubungannya pada masa Rasulullah s.a.w. dan masa Umar sesudahnya, ditandai dengan suatu ciri khas. Masa Rasulullah s.a.w. adalah masa wahyu Allah s.w.t. Sedang masa Umar ialah masa pembentukan hukum yang dasar-dasarnya sudah ditertibkan dengan kedaulatan yang sudah mulai berjalan lancar. Sebaliknya masa Abu Bakar adalah masa peralihan yang sungguh sulit dan rumit. Bahkan berbeda dari setiap masa yang pernah dikenal orang dalam sejarah hukum dan ketertibannya serta dalam sejarah agama-agama dan penyebarannya.
Mengatasi kesulitan ketika masa transisi yang sangat kritis, Abu Bakar dihadapkan pada kesulitan-kesulitan yang begitu besar sehingga pada saat-saat permulaan timbul kekhawatiran yang dirasakan oleh seluruh umat muslimin. Realtas yang menjadi kehawatiran saat itu ialah wilayah Arab yang pada masa Rasulullah s.a.w. sudah tuntas kesatuannya, tiba-tiba jadi goncang begitu Rasulullah s.a.w. wafat. Bahkan gejala-gejala kegoncangan itu memang sudah mulai mengancam sebelum Rasulullah s.a.w. berpulang.
Musailimah bin Habib di Yamamah mendakwakan diri nabi dan mengirim delegasi kepada Nabi di Madinah dengan menyatakan bahwa Musailimah juga nabi seperti Muhammad dan bahwa "Bumi ini separuh buat kami dan separuh buat Kuraisy; tetapi Kuraisy adalah golongan yang tidak suka berlaku adil." Juga, Aswad Ansi di Yaman mendakwakan diri nabi dan tukang sihir, mengajak orang dengan sembunyi-sembunyi. Setelah merasa dirinya kuat ia pergi ke daerah selatan lalu mengusir wakil-wakil Muhammad, lalu terus ke Najran. Ia hendak menyebarkan pengaruhnya             di kawasan ini. Muhammad mengutus orang kepada wakilnya di Yaman dengan perintah supaya mengepung Aswad atau membunuhnya. Soalnya orang Arab yang sudah beriman dengan ajaran tauhid dan sudah meninggalkan penyembahan berhala, tak pernah membayangkan bahwa kesatuan agama mereka telah disusul oleh kesatuan politik. Malah banyak di antara mereka yang masih rindu ingin kembali kepada kepercayaan lamanya. Itu sebabnya, begitu mereka mendengar Rasulullah s.a.w. wafat mereka menjadi murtad, dan banyak di antara kabilah itu yang menyatakan tidak lagi tunduk pada kekuasaan Madinah. Mereka menganggap membayar zakat itu sama dengan keharusan pajak. Oleh karena itu mereka menolak.
Setelah semua itu dapat diatasi berkat kekuatan imannya, dan untuk waktu berikutnya Allah s.w.t. telah memberikan sukses dan kemenangan, datang Umar memegang tampuk pimpinan umat Islam. Ia memimpin mereka dengan berpegang pada keadilan yang sangat ketat serta memperkuat pemerintahannya sehingga negara-negara lain tunduk setia kepada kekuasaannya.
Pemberontakan dan Perang Riddah, seperti jilatan api, cepat sekali pemberontakan itu menjalar ke seluruh jazirah Arab begitu Rasulullah s.a.w. wafat. Berita pemberontakan ini sampai juga kepada penduduk Madinah, kepada mereka yang berada di sekeliling Abu Bakar setelah mereka membaiatnya. Mereka sangat terkejut dan berselisih pendapat tentang apa-apa yang harus diperbuat. Satu golongan berpendapat, termasuk Umar bin Khattab, untuk tidak menindak mereka yang menolak membayar zakat selama mereka tetap mengakui, bahwa tak ada tuhan selain Allah s.w.t. dan Muhammad Rasulullah s.a.w. Tetapi Abu Bakar tetap bersikeras, mereka yang menolak membayar zakat dan murtad dari agamanya harus diperangi. Itulah Perang Riddah  yang telah menelan waktu setahun lebih.
Perang Riddah itu tidak hanya melibatkan ratusan orang dari pasukan Khalifah dan ratusan lagi dari pihak lawan, bahkan di antaranya sampai puluhan, ratusan, bahkan ribuan dari masing-masing pihak yang terlibat langsung dalam pertempuran sengit itu terbunuh. Pengaruhnya dalam sejarah Islam cukup menentukan. Andaikata Abu Bakar ketika itu tunduk pada pihak yang tidak menyetujui perang, sebagai akibatnya niscaya kekacauan akan lebih meluas ke seluruh kawasan Arab, dan kedaulatan Islam tentu tidak akan ada. Juga jika pasukan Abu Bakar bukan pihak yang menang dalam perang itu, niscaya akibatnya akan lebih parah lagi. Jalannya sejarah dunia pun akan sangat berlainan. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan ketika orang mengatakan, bahwa dengan posisinya dalam menghadapi pihak Arab yang murtad disertai kemenangannya dalam menghadapi mereka itu, Abu Bakar telah mengubah arah sejarah dunia. Tangan Tuhan jugalah yang telah melahirkan kebudayaan umat manusia itu dalam bentuknya yang baru.
Pengaruh kemenangan Perang Riddah, kalau tidak karena kemenangan Abu Bakar dalam Perang Riddah, penyerbuan ke Irak dan ke Syam tentu tidak akan dimulai, dan pasukan muslimin pun tak akan berangkat dengan kemenangan memasuki kedua imperium besar itu, Rumawi dan Persia, untuk kemudian digantikan oleh kedaulatan Islam di atas puing itu juga. Juga, kalau tidak karena Perang Riddah, dengan gugurnya sahabat-sahabat sebagai syahid yang memastikan kemenangan itu, niscaya tidak akan cepat-cepat Umar menyarankan kepada Abu Bakar agar Qur'an segera dikumpulkan. Karena pengumpulan ini pulalah yang menyebabkan adanya penyatuan bacaan menurut dialek Mudar pada masa Usman. Dengan demikian, Qur'an adalah dasar yang kukuh dalam menegakkan kebenaran, merupakan tonggak yang tak tergoyahkan bagi peradaban Islam. Selanjutnya, kalau tidak karena kemenangan yang diberikan Allah s.w.t. kepada kaum Muslimin dalam Perang Riddah itu, jangan-jangan Abu Bakar belum dapat menyusun suatu sistem pemerintahan         di Madinah, yang di atas sendi itu pula kemudian Umar menggunakan asas musyawarah.
Teladan yang telah mengilhaminya, Iman yang sungguh-sungguh demi kebenaran itulah yang membuatnya menentang sahabat-sahabatnya dalam soal menghadapi golongan murtad waktu itu, dan bersikeras hendak memerangi mereka meskipun harus pergi seorang diri. Betapa ia tak akan melakukan itu padahal ia sudah menyaksikan sendiri Nabi berdiri seorang diri mengajak orang-orang di Mekah ke jalan Allah s.w.t., tapi mereka ramai-ramai menentangnya. Lalu ia di bujuk dengan harta, dengan kerajaan dan kedudukan tinggi. Kemudian ia pun diperangi dengan maksud hendak membendungnya dari kebenaran yang dibawanya itu. Tidak, malah ia menjawab: “Demi Allah s.w.t., kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, dengan maksud supaya aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan kutinggalkan, biar nanti Allah s.w.t. akan membuktikan kemenangan itu: di tanganku, atau aku binasa karenanya, tidak akan kutinggalkan".
Alangkah indahnya teladan itu, teladan yang telah mengilhami orang, bahwa iman adalah suatu kekuatan yang tak akan dapat dikalahkan oleh siapa pun selama seorang mukmin itu dapat menjauhkan diri dari maksud-maksud tertentu selain untuk mencari kebenaran demi kebenaran semata! Siapakah orang yang memiliki iman seperti pada Abu Bakar itu, yang mengambil teladan dari Rasulullah s.a.w., sehingga ia menjadi salah satu unsur kehidupan yang sangat menentukan. Inilah kekuatan rohani, yang dalam hidup ini tak ada yang dapat menguasainya, tiada kenal lemah atau ragu, dan tak ada yang akan dapat mengalahkannya.
B.  Batasan Masalah
Penulis tertarik menulis sejarah Abu Bakar sebagai salah satu dari Khulafaur Rasyidin, baik secara terinci atau dengan ringkas.Tulisan ini hanya akan dibatasi pada masa yang pendek tapi sungguh agung yakni masa Abu Bakar as-Siddiq. Kajian ini perlu dilakukakan dengan pembahasan yang lebih mendalam, agar catatan-catatan peristiwa itu tidak sekedar dipahami sebuah dongeng1, tetapi gambaran sejarah yang diyakini memilki arti penting dalam membangun peradaban Islam.

C.  Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulisan makalah ini dirumuskan pada masalah-masalah sebagai berikut.
1.   Bagaimana sosok Abu Bakar?
2.   Bagaimana proses pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah pertama?
3.   Bagaimana catatan keberhasilan perjuanagan Khalifah Abu Bakar  selama kepemimpinannya?
4.   Bagaimana catatan akhir perjalanan kekhalifahan Abu Bakar?

D.  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.   Untuk mendeskripsikan biografi Abu Bakar.
2.   Untuk mendeskripsikan proses pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah pertama yang melanjutkan perjuangan Nabi
3.   Untuk mendeskripsikan keberhasilan perjuanagan Khalifah Abu Bakar  selama kepemimpinannya
4.   Untuk mendeskripsikan akhir perjalanan kekhalifahan Abu Bakar

E.  Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan memberikan manfaat-manfaat antara lain:
1.   Memberikan sebuah dampak positif terhadap kesadaran penulis dalam memberikan



1. Muhamad Husen Haekal, “Abu Bakar As-Siddiq yang Lembut Hati”. Diterjemahkan oleh Ali Audah, (Bogor: PT. Pustako Utera Antar Nusa, 2003), hlm, xxxi.
konsentrasi kajian materi-materi Sejarah Peradaban Islam dan mengetahui arti penting dari tokoh bersejarah dalam Islam.
2.   Agar tercapainya kompetensi mata kuliah Sejarah Peradaban Islam sebagai tujuan dalam perkuliahan.
3.   Menjadi wahana dalam memahami konten sejarah dan menjadi sumbangan terhadap peningkatan keilmuan para pembaca pada umumnya.

F.  Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan sistematika sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
:

berisi latar belakang, Batasan Masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
:

berisi biografi Abu Bakar, peranannya pada masa Nabi Muhammad s.a.w., proses pengangkatannya, masa perjuangannya, keberhasilan selama kepemimpinannya, dan akhir perjuangannya.
BAB III KESIMPULA DAN SARAN
:

berisi kesimpulan makalah dan saran penulisan







BAB II
PEMBAHASAN TENTANG MASA KHALIFAH ABU BAKAR

A.  Biografi Abu Bakar Ashiddiq
Abu Bakar putra dari pasangan Abu Quhafah (Usman bin Amir) dan Umur Khair Salamah (Salma bint Sakhr bin Amir), dia dilahirkan tahun 573 M. Nama aslinya adalah Abdul Ka’bah julukannya atiq diganti oleh Rasulullah s.a.w. dengan Abdullah. Adapun nama Abu Bakar diberikan setelah ia masuk agama Islam, Abu artinya bapak dan Bakar artinya segera. Sedangkan gelar As Shiddiq karena dia adalah orang pertama membenarkan Rasulullah s.a.w. ketika Isra Mi”raj.
Abu Bakar dari kabilah Taim bin Murrah bin Ka'ab. Nasabnya bertemu dengan Nabi pada Adnan. Setiap kabilah yang tinggal di Mekah punya keistimewaan tersendiri, yakni ada tidaknya hubungannya dengan sesuatu jabatan di Ka'bah. Untuk Banu Abd Manaf tugasnya siqayah dan rifadah, untuk Banu Abdid-Dar, liwa', hijabah dan nadwah, yang sudah berjalan sejak sebelum Hasyim kakek Nabi lahir. Sedang pimpinan tentara di pegang oleh Banu Makhzum, nenek moyang Khalid bin Walid, dan Bani Taim bin Murrah menyusun masalah diat (tebusan darah) dan segala macam ganti rugi. Pada zaman jahiliah masalah penebusan darah ini di tangan Abu Bakar tatkala posisinya cukup kuat, dan dia juga yang memegang pimpinan kabilahnya. Oleh karena itu bila ia harus menanggung sesuatu tebusan dan ia meminta bantuan quraisy, mereka pun percaya dan mau memberikan tebusan itu, yang tak akan dipenuhi sekiranya orang lain yang memintanya.

8
 
Semasa kecil Abu Bakar hidup seperti umumnya anak-anak di Mekah. Lepas masa anak-anak ke masa usia remaja ia bekerja sebagai pedagang pakaian. Usahanya ini mendapat sukses. Dalam usia muda itu ia kawin dengan Qutailah bint Abdul Uzza. Dari perkawinan ini lahir Abdullah dan Asma'. Asma' inilah yang kemudian dijuluki Zatun-Nitaqain. Sesudah dengan Qutailah ia kawin lagi dengan Umm Rauman bint Amir bin Uwaimir. Dari perkawinan ini lahir pula Abdur-Rahman dan Aisyah. Kemudian di Medinah ia kawin dengan Habibah bint Kharijah, setelah itu dengan Asma' bint Umais yang melahirkan Muhammad. Sementara itu usaha dagangnya berkembang pesat dan dengan sendirinya ia memperoleh laba yang cukup besar1.

B.  Kepribadian Abu Bakar Ashiddiq pada Masa Nabi Muhammad s.a.w.
Abu Bakar perawakannya kurus, putih, dengan sepasang bahu yang kecil dan muka lancip dengan mata yang cekung disertai dahi yang agak menonjol dan urat-urat tangan yang tampak jelas begitulah dilukiskan oleh putrinya, Aisyah Ummulmukminin. Begitu damai perangainya, sangat lemah lembut dan sikapnya tenang sekali. Tak mudah ia terdorong oleh hawa nafsu. Dibawa oleh sikapnya yang selalu tenang, pandangannya yang jernih serta pikiran yang tajam, banyak kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang tidak diikutinya. Aisyah menyebutkan bahwa ia tak pernah minum minuman keras, di zaman jahiliah atau Islam, meskipun penduduk Mekah umumnya sudah begitu hanyut ke dalam khamar dan mabuk-mabukan. Ia seorang ahli genealogi ahli silsilah bicaranya sedap dan pandai bergaul. Seperti dilukiskan oleh Ibn Hisyam, penulis kitab Sirah: "Abu Bakar adalah laki-laki yang akrab di kalangan masyarakatnya, disukai karena ia serba mudah. Ia dari keluarga quraisy yang paling dekat dan paling banyak mengetahui seluk-beluk kabilah itu, yang baik dan yang jahat. Ia seorang pedagang dengan perangai yang sudah cukup terkenal. Karena suatu masalah, pemuka-pemuka masyarakatnya sering datang menemuinya, mungkin karena pengetahuannya, karena perdagangannya atau mungkin juga karena cara bergaulnya yang enak."
Abu Bakar sebagai Kepala Negara dari sebuah kekuasaan yang tengah berkembang dengan pesat, dan para panglimanya berdiam pada kastel - kastel megah di lembah  Mesopotamia  dan  begitupun  para  pejabat  yang lainnya, tetapi Abu Bakar



1. Joesoef Sou’yb,  “Sejara h Daulat Khulafaur Rasyidin”. (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 128-130.
tetap tinggal dalam rumah biasa di Madinah, hidup sebagai rakyat biasa, membeli kebutuhannya di pasar seperti rakyat biasa, menjabat imam pada setiap shalat di dalam mesjid Nabawi. Selain itu Abu Bakar terpandang sebagai saudagar kaya raya yang dermawan, dia menyumbangkan harta kekayaannya bagi perkembangan dakwah Islam2.
Abu Bakar adalah seorang yang pemberani , dia menyatakan Islam secara terang-terangan dihadapan orang quraisy, dia yang menemani Rasulullah s.a.w. saw dalam peperangan, dia juga menyelamatkan Rasulullah s.a.w. ketika Uqbah bin Muith mencoba membunuh beliau.
Abu Bakar seorang yang pandai, Rasulullah s.a.w. memberikan kepercayaan kepada Abu Bakar menjadi iman shalat selain itu Rasulullah s.a.w. meminta pendapat Abu Bakar dalam memutuskan suatu perkara.

C.  Proses Pengangkatan Abu Bakar Ashiddiq
Rasulullah s.a.w. telah berpulang ke sisi Tuhannya pada 12 Rabiulawal tahun 11 Hijri (3 Juni 632 M.). Subuh hari itu Rasulullah s.a.w. SallAllah s.w.t.n 'alaihi wasallam merasa sudah sembuh dari  akitnya. la keluar dari rumah Aisyah ke mesjid dan ia sempat berbicara dengan kaum Muslimin. Dipanggilnya Usamah bin Zaid dan diperintahkannya berangkat untuk menghadapi Rumawi. Setelah tersiar berita bahwa Rasulullah s.a.w. telah wafat tak lama setelah duduk-duduk dan berbicara dengan mereka, mereka sangat terkejut sekali. Umar bin hattab yang berada di tengah-tengah mereka berdiri dan berpidato, membantah berita itu. Ia mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. tidak meninggal, melainkan sedang pergi menghadap Tuhan seperti halnya dengan Musa bin Imran, yang menghilang dari masyarakatnya selama empat puluh malam, kemudian kembali lagi setelah tadinya dikatakan meninggal. Umar terus mengancam orang-orang yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. telah wafat.




2. Joesoef Sou’yb,  “Sejara h Daulat Khulafaur Rasyidin”. (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 133.
Abu Bakar sudah pulang ke rumahnya di Sunh di pinggiran kota Medinah setelah Nabi 'alaihis-salam kembali dari mesjid ke rumah Aisyah. Sesudah tersiar berita kematian Nabi orang menyusul Abu Bakar menyampaikan berita sedih itu. Abu Bakar segera kembali. la melihatMuslimin dan Umar yang sedang berpidato. la tidak berhenti tetapi terus menuju ke rumah Aisyah. Dilihatnya Nabi SallAllah s.w.t.u 'alaihi wasallam di salah satu bagian dalam rumah itu, sudah diselubungi kain. la maju menyingkap kain itu dari wajah Nabi lalu menciumnya dan katanya:
"Alangkah sedapnya sewaktu engkau hidup, dan alangkah sedapnya sewaktu engkau wafat." la keluar lagi menemui orang banyak lalu berkata kepada mereka: "Saudara-saudara! Barang siapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah meninggal. Tetapi barang siapa menyembah
Allah s.w.t., Allah s.w.t. hidup selalu, tak pernah mati." Selanjutnya ia membacakan firman Allah s.w.t.:
"Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya pun telah berlalu rasul-rasul. Apabila dia mati atau terbunuh kamu akan berbalik belakang? Barang siapa berbalik belakang samasekali tak akan merugikan Allah s.w.t. tetapi Allah s.w.t. akan memberi pahala kepada orang-orang yang bersyukur." (Qur'an, 3. 144).
Setelah didengarnya Abu Bakar membacakan ayat itu, Umar jatuh tersungkur ke tanah. Kedua kakinya sudah tak dapat menahan lagi, setelah dia yakin bahwa Rasulullah s.a.w. memang sudah wafat. Orang semua terdiam setelah mendengar dan melihat kenyataan itu. Setelah sadar dari rasa kebingungan demikian, mereka tidak tahu apa yang hendak mereka perbuat.
Di sini kita berhenti pula sejenak untuk melukiskan Abu Bakar dari segi psikologi dan di sini akan kita lihat pula peranannya dengan lebih jelas. Kalaupun ada di kalangan Muslimin yang akan merasa tercekam perasaannya karena meninggalnya Rasulullah s.a.w. seperti yang dialami Umaritu. maka Abu Bakar-lah orangnya. Dia teman dekat dan pilihan Nabi, dia yang diminta oleh Nabi berada di dekatnya dalam setiap kesempatan.
D.  Deskripsi Masa Perjuangan Khalifah Abu Bakar
Sejak hari pertama Abu Bakar sudah bersama-sama dengan Muhammad melakukan dakwah demi agama Allah s.w.t.. Keakraban masyarakatnya dengan dia, kesenangannya bergaul dan mendengarkan pembicaraannya, besar pengaruhnya terhadap Muslimin yang mula-mula itu dalam masuk Islam itu. Yang mengikuti jejak Abu Bakar menerima Islam ialah Usman bin Affan, Abdur-Rahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Sa'd bin Abi Waqqas dan Zubair bin Awwam. Sesudah mereka yang kemudian menyusul masuk Islam atas ajakan Abu Bakar ialah Abu Ubaidah bin larrah dan banyak lagi yang lain dari penduduk Mekah.
Keberaniannya menerima Islam dan menyiarkannya, Tetapi apa yang menghilangkan kekaguman kita tidak mengubah penghargaan kita atas keberaniannya tampil ke depan umum dalam situasi ketika orang masih serba menunggu, ragu dan sangat berhati-hati. Keberanian Abu Bakar ini patut sekali kita hargai, mengingat dia pedagang, yang demi perdagangannya diperlukan perhitungan guna menjaga hubungan baik dengan orang lain serta menghindari konfrontasi dengan mereka, yang akibatnya berarti menentang pandangan dan kepercayaan mereka. Ini dikhawatirkan kelak akan berpengaruh buruk terhadap hubungan dengan para relasi itu.
Demikianlah keadaan Abu Bakar dalam persahabatannya dengan Muhammad, sejak ia memeluk Islam, hingga Rasulullah s.a.w. berpulang ke sisi Allah s.w.t. dan Abu Bakar pun kemudian kembali ke sisi-Nya.
Abu Bakar orang pertama yang memperkuat agama, Teringat saya tatkala Hamzah bin Abdul Muttalib dan Umar bin Khattab masuk Islam, betapa besar pengaruh mereka itu dalam memperkuat Islam, dan bagaimana pula Allah s.w.t. memperkuat Islam dengan kedua mereka itu. Keduanya terkenal garang dan berpendirian teguh,kuat, ditakuti oleh lawan. Juga saya ingat, betapa Abu Bakar ketika ia masuk Islam. Tidak ragu kalau saya mengatakan, bahwa dialah orang pertama yang ditempatkan Allah s.w.t. untuk memperkuat agama-Nya.
Melindungi golongan lemah dengan hartanya, dalam menjalankan dakwah itu tidak hanya berbicara saja dengan kawan-kawannya dan meyakinkan mereka, dan dalam menghibur kaum duafa dan orang-orang miskin yang disiksa dan dianiaya oleh musuh-musuh dakwah, tidak hanya dengan kedamaian jiwanya, dengan sifatnya yang lemah lembut, tetapi ia menyantuni mereka dengan hartanya. Digunakannya hartanya itu untuk membela golongan lemah dan orang-orang tak punya, yang telah mendapat petunjuk Allah s.w.t. ke jalan yang benar, tetapi lalu dianiaya oleh musuh-musuh kebenaran itu. Sudah cukup diketahui, bahwa ketika ia masuk Islam, hartanya tak kurang dari empat puluh ribu dirham yang disimpannya dari hasil perdagangan. Dan selama dalam Islam ia terus berdagang dan mendapat laba yang cukup besar. Tetapi setelah hijrah ke Medinah sepuluh tahun kemudian, hartanya itu hanya tinggal lima ribu dirham.
Sedang semua harta yang ada padanya dan yang disimpannya, kemudian habis untuk kepentingan dakwah, mengajak orang ke jalan Allah s.w.t. dan demi agama dan Rasul-Nya. Kekayaannya itu digunakan untuk menebus orang-orang lemah dan budak-budak yang masuk Islam, yang oleh majikannya disiksa dengan berbagai cara, tak lain hanya karena mereka masuk Islam.
Suatu hari Abu Bakar melihat Bilal yang negro itu oleh tuannya dicampakkan ke ladang yang sedang membara oleh panas matahari, dengan menindihkan batu di dadanya lalu dibiarkannya agar ia mati dengan begitu, karena ia masuk Islam. Dalam keadaan semacam itu tidak lebih Bilal hanya mengulang-ulang kata-kata: Ahad, Ahad. Ketika itulah ia dibeli oleh Abu Bakar kemudian dibebaskan! Begitu juga Amir bin Fuhairah oleh Abu Bakar ditebus dan ditugaskan menggembalakan kambingnya. Tidak sedikit budak-budak itu yang disiksa, laki-laki dan perempuan, oleh Abu Bakar dibeli lalu dibebaskan.
Abu Bakar di Badr dan perang uhud, dengan penuh iman ia mendampingi Rasulullah s.a.w. serta percaya bahwa Allah s.w.t. pasti akan menolong agama-Nya, baik dalam peperangan maupun ketika di dalam kota di Medinah. Orang masih ingat sejarah Muslimin sampai keadaan jadi stabil sesudah pembebasan Mekah dan masuknya Banu Saqif di Ta'if ke dalam pangkuan Islam penuh tantangan berupa peristiwa-peristiwa perang, atau dalam usaha mencegah perang atau untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Belum lagi peristiwa-peristiwa kecil lainnya dalam bentuk ekspedisi-ekspedisi atau patroli. Waktu itu orang-orang Yahudi dipimpin oleh Huyai bin Akhtab tak henti-hentinya meng-hasut kaum Muslimin. Begitu juga Kuraisy, mereka berusaha mati-matian mau melemahkan dan menghancurkan kekuatan Islam. Terjadinya perang Banu Nadir, Khandaq dan Banu Quraizah dan diselang seling dengan bentrokan-bentrokan lain, semua itu akibat politik Yahudi dan kedengkian Kuraisy. Dalam semua peristiwa dan kegiatan itu Abu Bakar lebih banyak mendampingi Nabi. Dialah yang paling kuat kepercayaannya pada ajaran Nabi.
Sikapnya di Hudaibiyah, bagaimana sikap Abu Bakar ketika muslimin berpendapat, isi perjanjian ini merendahkan martabat agama mereka. Tetapi Abu Bakar langsung percaya dan yakin akan kebijaksanaan Rasulullah s.a.w.. Setelah kemudian turun Surah Fath (48) bahwa persetujuan Hudaibiyah itu adalah suatu kemenangan yang nyata, dan Abu Bakar dalam hal ini, seperti juga dalam peristiwa-peristiwa lain, ialah as-Siddiq, yang tulus hati, yang segera percaya.
Abu Bakar memimpin jamaah haji, Allah s.w.t. telah mengizinkan kaum Muslimin melengkapi kewajiban agamanya, dan ibadah haji itulah kelengkapannya.
Abu Bakar memimpin salat, Karena sakit bertambah berat juga maka Nabi meminta Abu Bakar memimpin sembahyang. Dengan itu orang menduga, bahwa Nabi menghendaki Abu Bakar sebagai penggantinya kelak, karena memimpin orang-orang salat merupakan tanda pertama untuk menggantikan kedudukan Rasulullah s.a.w..
                            
E.  Keberhasilan Abu Bakar Selama Kepemimpinannya
1.   Memberantas Pembangkang Zakat
Baru saja Abu Bakar memangku jabatan Khalifah, Kekacauan yang menimpa kawasan Arab itu berkesudahan dengan berbaliknya mereka dari Islam, sementara yang lain tetap dalam Islam tapi tak mau membayar zakat kepada Abu Bakar. Keengganan membayar zakat itu baik karena kikir dan kelihaian mereka seperti kelihaiannya dalam mencari dan menyimpan uang, dan pergi kian ke mari sampai mengorbankan hidupnya demi memperolehnya, atau karena anggapan bahwa pembayaran itu sebagai upeti yang sudah tak berlaku lagi sesudah Rasulullah s.a.w. tiada, dan boleh dibayarkan kepada siapa saja yang mereka pilih sendiri sebagai pemimpinnya di Medinah. Mereka mogok tak mau membayar zakat dengan menyatakan bahwa dalam hal ini mereka tidak tunduk kepada Abu Bakar. Demikian yang terjadi dengan kabilah-kabilah yang dekat dengan Medinah, terutama kabilah Abs dan Zubyan.
Yang kalah bergabung dengan Tulaihah, Penggabungan kabilah-kabilah itu memperkuat kedudukan Tulaihah dan Musailimah juga memperkuat semangat pembangkangan di Yaman. Oleh karena itu, Abu Bakar tetap pada pendiriannya semula untuk memerangi mereka sampai tuntas.
2.   Perang Riddah
Kabilah-kabilah Abu Zubyan, Banu Bakar dan semua yang bersekutu dengan mereka oleh Abu Bakar dihancurkan dan dikeluarkan dari Abraq. Mereka sekarang bergabung kepada Tulaihah bin Khuwailid al-Asadi di Buzakhah. Abu Bakar sudah mengumumkan bahwa Allah s.w.t. sudah menganugerahkan negeri-negeri itu dan tidak akan dikembalikan kepada pemiliknya. Abraq ditempati oleh pasukan berkuda Muslimin, dan negeri-negeri Rabazah yang lain dibiarkan untuk tempat gembala dan sebagai sedekah kepada orang-orang beriman.
Abu Bakar tinggal di Medinah sampai benar-benar ia merasa yakin bahwa pasukan Usamah sudah berkumpul semua, kemudian bersama mereka ia berangkat ke Zul-Qassah. Pasukan itu dibaginya menjadi sebelas brigade dengan masing-masing di bawah pimpinan satu orang. Kemudian ia mengeluarkan perintah kepada mereka masing-masing agar memobilisasi Muslimin yang kuat-kuat dan dipersiapkan untuk berangkat menghadapi kaum murtad. Untuk melindungi kota Medinah Abu Bakar memperkuatnya dengan brigade yang lebih kecil.
Sejak itu Abu Bakar tidak lagi menginggalkan Medinah. Bukan karena tidak ingin bersama-sama dengan Muslimin dalam segala perjuangan itu, tetapi karena Medinah sudah menjadi markas komando tertinggi seluruhpasukan, dan sumber semua pengiriman perintah untuk bergerak dari tempat ke tempat yang lain. Abu Bakar mengeluarkan perintah kepada semua komandan pasukan agar jangan ada yang pindah dari perang berkelompok yang sudah dimenangkan untuk bergerak ke tempat lain sebelum mendapat izin. Dia yakin sekali bahwa kesatuan komando dalam perang merupakan salah satu taktik yang paling kuat dan tepat, dan jaminan untuk mencapai kemenangan.
Abu Bakar tak dapat diragukan, Ia menduduki jabatan Khalifah iru bukan atas keinginannya sendiri, tetapi karena kalangan terkemuka di Medinah berpendapat dialah yang paling tepat untuk itu. Sejak pertama ia memegang jabatan itu ia sudah menyatakan perkiraannya mengenai beban yang dihadapinya bahwa penerimaannya itu adalah suatu pengorbanan di jalan Allah s.w.t. Begitu selesai dibaiat ia berpidato yang antara lain katanya: "Saya diserahi jabatan ini, tetapi saya menerimanya karena terpaksa. Demi Allah s.w.t., saya sangat mengharapkan sekiranya ada yang lain saja." Pada kesempatan lain ia pernah berpidato, setelah mengucapkan hamdalah: "Manusia yang paling malang di dunia dan di akhirat ialah raja-raja."
Gerakan damai sebelum Perang Riddah, gerakan damai Abu Bakar tidakbermaksud hendak mencoba-coba, kalau berhasil syukur, kalau tidak akan dicari cara lain untuk membuat gerakan damai baru lagi.
3.   Tulaihah dan Ekspedisi Buzakhah
Kabilah-kabilah sebangsa Abu Zubyan dan Banu Bakar serta mereka yang membantunya dalam menyerang Medinah, setelah berakhir dengan kehancuran yang memalukan, mereka bergabung kepada Tulaihah bin Khuwailid al-Asadi. Kemudian kabilah-kabilah Tayyi', Gatafan, Sulaim dan penduduk pedalaman yang berdekatan, yang terletak di sebelah timur dan barat laut Medinah, juga ikut bergabung.
Sesudah Rasulullah s.a.w. wafat Tulaihah tidak lagi mendakwakan diri nabi. la melakukannya pada saat-saat terakhir dalam kehidu'pan Nabi. Sama halnya dengan Aswad al-Ansi dan Musailimah3. Seperti kedua rekannya Aswad dan Musailimah yang juga mendakwakan diri nabi, ia juga tidak mengajak masyarakat Arab kembali kepada penyembahan berhala. Paganisma itu oleh Muhammad sudah dikikis habis dari negeri Arab.
Tulaihah an-Nimari menjadi pengikut Musailimah, Kita tak perlu mempertanyakan bagaimana orang-orang yang berpikir sehat di kalangan Musailimah itu sampai menjadi pengikutnya. Kita sudah tahu fanatisma Arab dan kabilah-kabilahnya yang begitu kukuh hendak bertahan pada kebebasan. Peristiwa yang menentukan dalam sejarah Islam Kekuatan Musailimah adalah kekuatan murtad dan pembangkangan yang gigih dan jelas sekali dalam menentang kenabian Muhammad yang bukan hanya untuk Kuraisy, tetapi juga untuk segenap umat manusia4. Kekuatan ini menjadi pusat perhatian, dari Yaman, Oman, Mahrah, Bahrain, Hadramaut sampai ke semua daerah selatan Semenanjung, menyusur turun dari Mekah, Ta'if sampai ke Teluk Aden. Kemudian Persia pun mengarahkan perhatiannya ke sana. Pasukan Musailimah itu sangat percaya kepadanya dan bersedia mati untuk itu. Pertempuran dahsyat pasti terjadi. Inilah yang akan menjadi teladan, betapa besar dan hebatnya kekuatan iman itu.Pasukan Muslimin menyerbu kebun itu dan langsung menyerangmusuh. Pedang-pedang Banu Hanifah itu justru terhambat oleh pepohonan di sekitar mereka. Sungguhpun begitu tidak mengurangi sengitnyapertempuran.
Korban dalam peperangan itu sangat banyak pada di kedua belah pihak, meskipun dipihak Banu Hanifah dua kali lebih banyak. Setelah perang Uhud dulu Wahsyi  sudah  masuk Islam. Orang asalAbisinia inilah yang dulu membunuh Hamzah,
3. Abi alfada alhafid ibn katsir addamsyi, “Albidayatu wa Alnihayatu”. (Bairut Libanon: Darul kutub al’amilah), jld. III, hlm, 307.
4. Muhamad Husen Haekal, “Abu Bakar As-Siddiq yang Lembut Hati”. Diterjemahkan oleh Ali Audah, (Bogor: PT. Pustako Utera Antar Nusa, 2003), hlm. 149.
bapak syuhada dalam perang Uhud itu. Dalam perang Yamamah ini ia juga ikut serta. Tatkaladilihatnya Musailimah di kebun itu, diayunkannya tombaknya, dan bilasudah terasa pas, dibidikkannya kepada Musailimah. Bidikannya itutidak meleset. Bersamaan dengan itu ada orang Ansar yang juga ikutmenghantam Musailimah dengan pedangnya. Karena itulah Wahsyi berkata: "Hanya Allah s.w.t. yang tahu siapa di antara kita yang telah membunuhnya."Ketika itu ada seseorang berteriak: "Yang membunuhnya seorang budak hitam."  Semangat Banu Hanifah reda setelah mendengar teriakan bahwa Musailimah sudah terbunuh. Mereka menyerah tanpa mengadakan perlawanan lagi. Muslimin terus menghantam mereka. Pada masa itu tanah Arab belum pernah mengalami pertumpahan darah sehebat pertempuran di Yamamah itu. Itu sebabnya "Kebun Rahman" ini kemudian diberi nama "Kebun Maut." Dan nama inilah yang terus dipakai dalam buku-buku sejarah.

F.  Akhir Perjuangan Abu Bakar
Sejarah mencatat, bahwa selama masa pemerintahannya yang dua tahun tiga bulan itu, ia cuma mengeluarkan 8.000 dirham dari bait-al-mal itu bagi keperluannya5. Hal itu dapat diketahui karena setiap penerimaan dan pengeluaran dari bait-al-mal itu dicatat oleh tokoh-tokoh yang terpandang jujur, dan menurut istilah sekarang ini adalah bendaharawan.
Selama pemerintahannya Abu Bakar telah banyak berjasa dalam membangun Islam, beliau sudah berhasil menghadapi berbagai kesulitan, dari mulai mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan peruksakan terhadap ajaran islam sampai memerangi musuh-musuh Islam, sampai akhirnya perjuangan beliau ditutup dengan wafatnya pada tahun 11 H/634 M.




            5. Joesoef Sou’yb, “Sejara h Daulat Khulafaur Rasyidin”. (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 133.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.  KESIMPULAN
1.   Abu Bakar aslinya Abdul Ka’bah julukan atiq, yang diganti dengan Abdullahadalah putra dari pasangan Abu Quhafah (Usman bin Amir) dan Umur Khair Salamah (Salma bint Sakhr bin Amir), dia dilahirkan tahun 573 M. Adapun nama Abu Bakar diberikan setelah ia masuk agama Islam, Abu artinya bapak dan Bakar artinya segera. Sedangkan gelar As Shiddiq karena dia adalah orang pertama membenarkan Rasulullah s.a.w. ketika Isra Mi”raj.
2.   Kepribadian mulia dari Abu Bakar dirasakan oleh semua orang di zamannya, bahkan dari kalangan yang sangat lemah, dia pun terkenal seorang yang sangat dermawan. Juga, keteguhan imannya mengantarkan pada keberhasilan selama meminpin menjadi khalifah, prestasi yang sangat menonjol dari Abu Bakar adalah berhasil memerangi pembangkang dalam membayar zakat, memerangi murtadin dan orang yang ingkar mengaku dirinya nabi, memperluas wilayah Islam, serta berhasil mengumpulkan al-Quran yang terasa sampai sekarang kemanfaatannya.
3.   Sejarah mencatat, selama dua tahun tiga bulan masa pemerintahannya, menurut bendaharawan yang jujur ia cuma mengeluarkan 8.000 dirham dari bait-al-mal bagi keperluannya.
B.  SARAN-SARAN
1.   Mahasiswa khususnya, mempelajari Sejarah Peradaban Islam akan menambah kesadaran diri serta pandangan masa depan yang pasti.
2.   Mempelajari Sejarah Islam atau Sejarah Peradaban Islam diharapkan jangan hanya sekedar kesan dongeng saja, tetapi sampai sendi-sendi nilai positif sehingga akan memiliki dampaknya  yang sangat berarti.
3.   Memahami seluk beluk Sejarah Islam, Menjadi penting artinya, ketika kita sebagai muslim dianjurkan mengikuti langkah-langkah dan meneladani Rasulullah s.a.w.  serta tokoh panutan dalam Islam. Oleh karena itu, setelah membaca makalah ini diharapkan untuk mengkaji lebih jauh dari berbagai referensi yang ada.

20
 





 
DAFTAR PUSTAKA

Abdullatif Ahmad “Aasyur. (1988). “10 Orang Dijamin Ke Surga”. Terjemah, judul aslinya: Al’Asyratu Almubasysyaruna Bijannati. Depok: Gema Insani.

Alhafid ibn katsir addamsyi Abi alfada. “Albidayatu wa Alnihayatu”. (Bairut Libanon: Darul kutub al’amilah), jld.

Hasan ibrahim Hasan. (1989). “Sejarah dan Kebudayaan Islam”. Yogyakarta: Kota Kemabang, 1989.

Jaih Mubarok. (2005). “Sejarah Peradaban Islam”. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Joesoef Sou’yb. (1979). “Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin”. Jakarta: Bulan Bintang.

Muhamad Husen Haekal. (2003). “Abu Bakar As-Siddiq yang Lembut Hati”. Diterjemahkan oleh Audah Ali. Bogor: PT. Pustako Utera Antar Nusa.

Peter Chippendale and Chris Horrie. (1997). “What is Islam Virgin Books an Imprint of Virgin”.  Publishing Ltd Lad Broake Brone London W 105 AH.

Rizal Hidayat. (2009). “Abu Bakar Shiddiq”. Bandung: PT. Indah Jaya Adipratama. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar