Selasa, 06 Desember 2011

Dakwah Rasulullah saw Periode Makkah


I.              Oleh ; Agus Ruswandi
          
                        PENDAHULUAN
Ada dua periode dalam kehidupan nabi Muhammad SAW SAW, yaitu periode Mekah dan periode Madinah. Masing-masing periode dikaitkan dengan nama tempat kejadian. Pada awalnya nama-nama tersebut hanyalah nama kota saja, tetapi ini kemudian menjadi symbol kekuatan dalam Islam, yang berarti ada dua aspek kelahiran islam. Mekah merupakan kota dakwah agar manusia beriman  sedangkan Madinah merupakan kota revolusi[1].
Muhammad SAW dilahirkan di kota Mekah pada Tahun Gajah. Kota yang saat itu masyarakatnya dijuluki  sebagai kaum Jahiliyah. Pergaulan bebas diperbolehkan, bahkan pada zaman itu seorang wanita tidak ada harganya dengan alasan karena tidak bisa ikut beperang atau bekerja keras, sehingga apabila lahir  seorang bayi perempuan maka kaum Jahiliyah tidak segan-segan untuk membunuhnya dengan cara mengubur hidup-hidup. Begitulah sekilas keadaan masyakat sebuah kota dimana Muhammad SAW dilahirkan[2].
Sejak kecil Muhammad SAW
sudah dalam keadaan yatim karena ditinggal oleh ayahnya, Abdullah. Sejak kecil pula Muhammad SAW menggembala kambing, kemudian  berdagang. Sejak usia remaja pula  Muhammad SAW banyak dipercaya oleh pedagang-pedagang besar untuk mengurus dagangannya, ini karena sifat kejujuran yang dimiliki Muhammad SAW. Banyak orang-orang yang simpati kepada Muhammad SAW. Nama Muhammad SAW menjadi buah bibir di berbagai penjuru kota karena terkenal jujur.  Kejujurannya pun hingga memikat seorang janda kaya yaitu Siti Khajidah RA, yang kemudian menjadi istri pertama Muhammad SAW[3].
Namun pujian dan sanjungan karena kejujuran Muhammad SAW hilang setelah wahyu pertama turun yang itu artinya bahwa Muhammad SAW bukan lagi seorang pemuda pedagang yang ulet dan jujur, tetapi selain itu setelah wahyu pertama turun Muhammad SAW seorang nabi yang diutus oleh Allah sebagai rahmatan lil`alamiin.
Ketika permulaan nabi berdakwah dengan menyampaikan wahyu Allah mengajak untuk melakukan perbuatan baik (tauhid kepada Allah) dan meninggalkan perbuatan buruk (menyembah berhala).  Akan tetapi ajakan ini tidak mudah untuk diterima oleh kaum Quraisy. Tentu saja ajakan ini menimbulkan rekasi yang sangat keras dari berbagai pihak. Muhammad SAW dianggap penghalang bagi mereka untuk menyembah sesembahan nenek moyang mereka yaitu berhala. Banyak dari mereka yang menyebut nabi sebagai majnun (orang gila). Bahkan ada yang sampai melempar nabi dengan kotoran hewan. Dengan ajaran nabi itu ada yang menolak dengan cara kasar dan adapula yang menolak dengan cara halus[4].
Dalam menyampaikan ajaran Islam tidak mudah bagi Nabi Muhammad SAW karena banyak tantangan dan hambatannya. Namun dengan perjuangan gigihnya beliau berhasil menyebarkan Islam hingga sampai ke berbagai penjuru dunia seperti yang kita rasakan sekarang.   
Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul pada usia 25 Tahun, dan Nabi menyampaikan wahyu selama kurang lebih 23 tahun, 13 tahun selama di Mekah dan 10 tahun selama di Madinah. Penyebaran Islam di Madinah relatif lebih mudah dibandingkan dengan di Mekah, ini karena di Madinah Islam sudah lebih dikenal dan penduduk Madinah lebih ramah daripada penduduk Mekah[5].
Lebih lanjut mengenai sejarah Nabi Muhammad SAW, penyusun akan menguraikan sejarah perjalanan nabi semasa di Mekah. Uraian yang dimaksud sebagaimana yang terdapat dalam bagian pembahasan.  





II.            PEMBAHASAN
A.   KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW
Nabi Muhammad SAW dilahirkan ketika sudah ditinggalkan oleh ayah Beliau, Abdullah bin Abdul Muhthalib. Abdullah menikah dengan Aminah, seorang perempuan dari Yastrib dalam usia 17 tahun[6], namun Abdullah meninggal 7 bulan setelah setelah menikah[7].  Syekh Muhammad SAW Al Khidri Buck, professor sejarah Islam mesir dalam bukunya Nur Al Yaqin fi Shirat Sayyid Al Mursalin (1953) sebagaimana yang dikutip oleh Razwi (1997:54), mengatakan bahwa;
“Ia Muhammad SAW bin Abdullah) lahir di rumah pamannya, Abu Thalib, dalam lindungan bani Hasyim di makkah pada tanggal 12 Rabiul awal tahun gajah, bertepatan dengan tanggal 08 Juni 570 M. wanita yang membantu Aminah melahirkannya adalah ibu dari Abdurrahman bin Auf. Aminah, ibunya menyampaikan berita gembira tentang kelahiran putranya itu kepada Abdul Muthalib dan kemudian datang, menggendongnya di lengannya, dan menamainya Muhammad SAW”.

Muhammad SAW terlahir dari keluarga yang relatif miskin, ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya, ibunya adalah Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah, tahun kelahiran nabi Muhammad SAW dikenal dengan Tahun Gajah (570 M)[8].
Muhammad SAW lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah telah meninggal tiga bulan setelah dia menikahi Aminah, Muhammad SAW kemudian diserahkan kepada kepada ibu pengasuh, Halimah Sa`diyyah. Dalam asuhan Halimah Sa`diyah lah Muhammad SAW dibesarkan sampai usia empat tahun[9].
Mengenai  tahun  ketika  Muhammad SAW  dilahirkan,  beberapa  ahli berlainan pendapat. Sebagian besar mengatakan pada Tahun Gajah (570  Masehi).  Ibn  Abbas mengatakan ia dilahirkan pada Tahun Gajah itu. Yang lain berpendapat  kelahirannya  itu  lima belas tahun sebelum peristiwa gajah. Selanjutnya ada yang mengatakan ia dilahirkan beberapa hari  atau  beberapa  bulan  atau  juga beberapa  tahun  sesudah  Tahun  Gajah. Ada yang menaksir tiga puluh tahun, dan ada  juga  yang  menaksir  sampai  tujuh puluh tahun.
Selanjutnya   terdapat   perbedaan   pendapat  mengenai  waktu kelahirannya, yaitu siang atau malam, demikian  juga  mengenai tempat  kelahirannya di Mekah. Caussin de Perceval dalam Essai sur  l'Histoire  des   Arabes   menyatakan,   bahwa   Muhammad SAW dilahirkan bulan Agustus 570, yakni Tahun Gajah, dan bahwa dia dilahirkan di Mekah di rumah kakeknya Abdul-Muttalib[10].
Menurut penanggalan para ahli, kelahiran Muhammad SAW itu pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah atau tanggal 20 April tahun 571[11]. Adapun sebab dinamakan tahun kelahiran Nabi itu dengan Tahun Gajah, karena pada tahun itu, kota Mekah diserang oleh suatu pasukan tentara orang Nasrani yang kuat di bawah pimpinan Abrahah, gubernur dari kerajaan Nasrani Abessinia yang memerintah di Yaman, dan mereka bermaksud menghancurkan Ka'bah. Pada waktu itu Abrahah berkenderaan gajah. Belum lagi maksud mereka tercapai, mereka sudah dihancurkan oleh Allah SWT. dengan mengirimkan burung Ababil. Oleh karena pasukan itu mempergunakan gajah, rnaka orang Arab menamakan bala tentara itu pasukan bergajah, sedang tahun terjadinya peristiwa ini disebut Tahun Gajah[12].
Ketika nabi lahir, nabi sudah dalam keadaan yatim. Kemudian ketika beliau berusia 6 tahun, Beliau juga ditinggalkan oleh ibunya, Aminah. Ia mulai bekerja sebagai penggembala kambing di kota Mekah dataran bumi yang tandus mengikuti tradisi orang Mekah[13]. Ia pun mulai belajar berdagang. Sikap kejujuran dan keberhasilannya dalam berdagang ini berhasil meraih simpati Khadijah, seorang janda tua, cerdik lagi kaya. Muhammad SAW akhirnya terkenal di kota Mekah dengan sifat kejujurannya itu, kemudian orang-orang Quraish memberikan julukan sebagai satu-satunya orang yang terpercaya (al amin)[14]
Selain itu, Muhammad SAW dijuluki “al amin” karena mampu mendamaikan para pemuka Quraisy yang sedang bertikai. Pertikaian ini karena mereka memperebutkan siapa orang yang berhak menaruh Hajar Aswad pada tempatnya yang semula. Perselisihan ini hampir menimbulkan pertumpahan darah. Beruntung ini dapat dicegah ketika Abu Umayyah ibn Mughirah Al Makhzumi mengusulkan agar diserahkan kepada orang yang pertama masuk pintu Shafa. Dan orang yang pertama kali masuk pintu Shafa ialah Nabi Muhammad SAW. Kemudian para pimpinan kabilah untuk menaruh Hajar Aswad tersebut. lalu nabi menggunakan sehelai kain, lalu nabi meletakan batu itu di atas kain, kemudian Nabi meminta pimpinan kabilah untuk bersama-sama mengangkat kain yang terdapat batu itu. Setelah itu nabi meletakan batu itu di atas tempatnya semula. Keputusan ini ternyata memuaskan semua pihak[15].    
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad SAW percaya sepenuhnya dengan ke-Esaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan sombong. Ia menyayangi orang-orang miskin, para janda dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai Ash-Shaadiq yang memiliki arti Yang Benar[16].

B.   PERNIKAHAN NABI
Setelah usia Muhammad SAW mencapai 20 tahun, beliau sering keluar kota untuk berdagang. Karena memang sudah terkenal terpercaya, maka banyak para pedagang-pedangang besar yang mengajak untuk bekerja sama dengan Beliau, karena para pedagang tersebut tidak mampu berdagang sendiri. Muhammad SAW diminta untuk membawa dagangan orang-orang yang tidak mampu pergi, kesuksesan dalam menunaikan tugas ini membuahkan banyak penawaran yang lainnya, sehingga ia memperoleh penghasilan yang lebih baik dan pernikahan menjadi sesuatu hal yang mungkin dilakukan[17].  
Ketika Muhammad SAAW mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan secepatnya tentang kejujuran dan sifat dapat dipercaya Muhammad dalam membawa bisnis perdagangan telah meluas, membuatnya dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah[18].
Seseorang yang telah mendengar tentang anak muda yang sangat dipercaya dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di suku Arab dan Khadijah sering pula mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad SAW membuatnya terpesona sehingga membuat Khadijah memintanya untuk membawa serta barang-barang dagangannya dalam perdagangan. Muhammad SAW dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan dengan sekembalinya Muhammad dengan keuntungan yang lebih dari biasanya[19].
Banyak pemuka Quraisy yang ingin Khadijah dan sanggup membayar mas kawin berapa pun yang dikehendakinya, namun selalu ditolaknya dengan halus karena tak ada yang berkenan di hatinya.
. Muhammad SAW dikenal sebagai “al amin” (orang dapat dipercaya)  di penjuru kota Mekah sebagai orang yang jujur, dapat diandalkan. Kabar ini berdasarkan laporan orang-orang yang pernah mempercayakan dagangannya kepada Muhammad SAW. Kabar ini pun terdengar oleh Khadijah, dan Khadijah meminta Muhammad SAW untuk mendangankan hartanya. Ia meminta Muhammad SAW untuk mendagangkan hartanya ke Syria, dan ditemani oleh seorang budak, Maysarah. Untuk hal ini Muhammad SAW dibayar dua kali lebih besar dari upah terbesar yang biasa diberikan kepada orang Quraish[20].
Pada suatu malam ia bermimpi melihat matahari turun dari langit, masuk ke dalam rumahnya serta memancarkan sinarnya ke semua tempat sehingga tiada sebuah rumah di kota Makkah yang luput dari sinarnya. Mimpi itu diceritakan kepada anak bapak saudaranya yang bernama Waraqah bin Naufal. Dia seorang lelaki yang berumur lanjut, ahli dalam mentakbirkan mimpi dan ahli tentang sejarah bangsa-bangsa purba. Waraqah juga mempunyai pengetahuan luas dalam agama yang dibawa oleh Nabi-Nabi terdahulu.
Waraqah berkata: “Takwil dari mimpimu itu ialah bahwa engkau akan menikah kelak dengan seorang Nabi akhir zaman.”
“Nabi itu berasal dari negeri mana?” tanya Khadijah bersungguh-sungguh.”Dari kota Makkah ini!” ujar Waraqah singkat.
“Dari suku mana?”
“Dari suku Quraisy juga.”
Khadijah bertanya lebih jauh: “Dari keluarga mana?”
“Dari keluarga Bani Hasyim, keluarga terhormat,” kata Waraqah dengan nada menghibur.
Khadijah terdiam sejenak, kemudian tanpa sabar meneruskan pertanyaan terakhir: “Siapakah nama bakal orang agung itu, hai anak bapa saudaraku?”
Orang tua itu mempertegas: “Namanya Muhammad SAW SAW. Dialah bakal suamimu!”
Khadijah pulang ke rumahnya dengan perasaan yang luar biasa gembiranya. Belum pernah ia merasakan kegembiraan sedemikian hebat. Maka sejak itulah Khadijah sentiasa bersikap menunggu dari manakah gerangan kelak munculnya sang pemimpin itu[21].
Muhammad SAW, bakal suami wanita hartawan itu, adalah seorang yatim piatu yang miskin sejak kecilnya, dipelihara oleh saudara bapaknya, Abu Thalib, yang hidupnya pun serba kekurangan. Meskipun demikian, Abu Thalib amat sayang kepadanya, menganggapnya seperti anak kandung sendiri, mendidik dan mengasuhnya sebaik-baiknya dengan adab, tingkah laku dan budi pekerti yang terpuji. Pada suatu ketika, Abu Thalib berbincang-bincang dengan saudara perempuannya bernama ‘Atiqah mengenai diri Muhammad SAW.
Beliau berkata: “Muhammad SAW sudah pemuda dua puluh empat tahun. Semestinyalah sudah kahwin.Tapi kita tak mampu mengadakan perbelanjaan, dan tidak tahu apa yang harus diperbuat.”
Setelah memikirkan segala ikhtiar, ‘Atiqah pun berkata: “Saudaraku, saya mendengar berita bahwa Khadijah akan memberangkatkan kafilah niaga ke negeri Syam dalam waktu dekat ini. Siapa yang berhubungan dengannya biasanya rezekinya bagus, diberkati Allah SWT. Bagaimana kalau kita pekerjakan Muhammad SAW kepadanya? Saya kira inilah jalan untuk memperolehi nafkah, kemudian dicarikan isterinya.”
Abu Thalib menyetujui saranan saudara perempuannya.Dirundingkan dengan Muhammad SAW, ia pun tidak keberatan.‘Atiqah mendatangi wanita hartawan itu, melamar pekerjaan bagi Muhammad SAW, agar kiranya dapat diikutsertakan dalam kafilah niaga ke negeri Syam.
Khadijah, tatkala mendengar nama Muhammad, ia berfikir dalam hatinya: “Oh… inilah takdir mimpiku sebagaimana yang diramalkan oleh Waraqah bin Naufal, bahawa ia dari suku Quraisy dan dari keluarga Bani Hasyim, dan namanya Muhammad SAW, orang terpuji, berbudi pekerti tinggi dan nabi akhir zaman.” Seketika itu juga timbullah hasrat di dalam hatinya untuk bersuamikan Muhammad, tetapi tidak dilahirkannya karena khuatir akan fitnah.
“Baiklah,” ujar Khadijah kepada ‘Atiqah, “saya terima Muhammad dan saya berterima kasih atas kesediaannya. Semoga Allah SWT melimpahkan berkatnya atas kitabersama.”. Wajah Khadijah cerah, tersenyum sopan,menyembunyikan apa yang tersudut di kalbunya.Kemudian ia meneruskan: “Wahai ‘Atiqah, saya tempatkan setiap orang dalam rombongan niaga dengan penghasilan tinggi, dan bagi Muhammad SAW SAW akan diberikan lebih tinggi dari biasanya.”
Atiqah berterima kasih, ia pulang dengan perasaan gembira menemui saudaranya, menceritakan kepadanya hasil perundingannya dengan wanita hartawan dan budiman itu. Abu Thalib menyambutnya dengan gembira. Kedua bersaudara itu memanggil Muhammad SAW seraya berkata: “Pergilah anakanda kepada Khadijah, ia menerima engkau sebagai pekerjanya. Kerjakanlah tugasmu sebaik-baiknya.[22]
Setelah Muhammad SAW kembali dari Syria, Khadijah bertanya kepada Muhammad SAW  mengenai cara beliau transaksi dan sebagainya. Ternyata Khadijah diuntungkan sampai dua kali lipat dari biasanya. Tanpa disadari disinilah ternyata Khadijah mulai tertarik kepada Muhammad SAW, dan akhirnya khadijah mengajak Muhammad SAW  untuk menikah dengannya.  
Nabi menikahi Sayyidah Khadijah pada usia 25 tahun, sementara Khadijah berumur 40 tahun. Namun sebagian sejarawan menyebutkan usia khadijah 25 tahun, dan yang lain menyatakan 28 tahun[23]. Juga dikatakan bahwa Sayyidah Khadijah pernah dua kali menikah, sebelum menikah dengan Nabi SAW, namun sebagian sejarawan menyangkal hal ini dan mengisyaratkan bahwa ia masih perawan ketika nabi menikahinya[24]. Pendapat lain mengatakan, Nabi mengawini Khadijah ketika Nabi masih berumur 25 tahun, sedangkan Khadijah sudah berumur 40 tahun. Khadijah sebelumnya sudah menikah 2 kali sebelum menikah dengan Nabi SAW. Suami pertama Khadijah adalah Aby Haleh Al Tamimy dan suami keduanya adalah Oteaq Almakzomy, keduanya sudah meninggal sehingga menyebabkan Khadijah menjadi janda[25].   

C.   WAHYU PERTAMA
Muhammad SAW dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan, pertempuran dan penyembahan berhala. Ia sering menyendiri ke Gua Hira', sebuah gua bukit dekat Mekah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur karena bertentangan sikap dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut. Di sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Aisyah RA seperti yang diriwayatkan dalah Shahih Bukhari-berkata, awal permulaan wahyu kepada Rasulullah SAW. adalah mimpi yang benar. Beliau tidak melihat sesuatu mimpi, kecuali mimpi tersebut datang seperti cahaya subuh. Kemudian beliau menyendiri di Gua Hira[26] untuk beribadah beberapa malam sebelum kembali ke keluarganya dan mengambil bekal untuk kegiatannya itu sampai beliau dikejutkan oleh kedatangan Malaikat Jibril pada saat berada di Gua Hira[27].
Dari hadis di atas kita bisa mengetahui bahwa wahyu pertama kali kepada nabi yaitu berupa mimpi (pemandangan) tidur, yang merupakan cahaya yang terang seperti cuaca di waktu pagi. Kemudian pada lain waktu beliau kedatangan malaikat pembawa wahyu, padahal beliau sedang berada di Gua Hira.   
Ramadhan merupakan bulan biasa digunakan untuk mengasingkan diri. Pada suatu malam menjelang akhir Ramadhan dalam usia beliau yang ke empat puluh, ketika beliau sedang sendirian dalam goa datanglah malaikat dalam rupa manusia[28].   
Malaikat Jibril mendatangi beliau dan berkata, “Bacalah!” Rasulullah SAW. menjawab, “Saya tidak dapat membaca.” Beliau mengatakan, lalu malaikat itu memegang dan mendekapku sampai aku merasa lelah. Kemudian ia melepaskanku dan megnatakan, “Bacalah!” Aku menjawab, “Aku tidak dapat membaca!’ Malaikat itu mengulanginya untuk yang ketiga sambil mengatakan, “Iqra’ bismi rabbikal ladzii khalaq; bacalah, dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan.[29]” (Al-’Alaq: 1)
Kemudian Rasulullah SAW. pulang. Kepada isterinya, Khadijah, beliau berkata, “Selimuti aku, selimuti aku.” Lalu beliau diselimuti sampai rasa keterkejutannya hilang. Kemudian beliau menceritakan apa yang terjadi kepada Khadijah. “Aku Khawatir terhadap diriku.” Khadijah menjawab, “Tidak. Demi Allah, sama sekali Dia tidak akan menghinakanmu selamanya. Sebab, engkau orang yang mempererat tali persaudaraan dan memikul beban orang lain. Engkau orang yang menghormati tamu, membantu orang yang susah, dan membela orang-orang yang berdiri di atas kebenaran.”
Kemudian Khadijah pergi bersama Nabi SAW. menemui sepupunya, Waraqah bin Naufal. Waraqah pernah menulis kitab Injil berbahasa Ibrani. Khadijah berkata, “Wahai anak pamanku, dengarlah apa yang dikatakan oleh anak saudarmu.” Waraqah bertanya dan ketika Rasulullah SAW. menceritakan peristiwa yang dialaminya, ia berkata, “Itu adalah Namus (Jibril) yang pernah diutus Allah SWT. kepada Nabi Musa AS  Alangkah bahagianya seandainya aku masih muda perkasa. Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir oleh kaummu.”
Rasulullah SAW. bertanya, “Apakah mereka akan mengusirku?” Waraqah menjawab, “Ya. Tidak seorang pun yang datang membawa seperti yang kamu bawa kecuali akan diperangi. Seandainya kelak aku masih hidup dan mengalami hari yang kamu hadapi itu pasti aku akan membantumu sekuat tenagaku.”
Setelah itu, selama tiga tahun lamanya Rasulullah SAW. berdakwah secara rahasia. Hingga kemudian turun surat Al-Hijr ayat 94 yang memerintahkan Rasulullah SAW. agar berdakwah secara terang-terangan. “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musryik.[30]

D.   ORANG-ORANG YANG PERTAMA KALI BERIMAN ATAS KERASULAN MUHAMMAD SAW
Selama tiga tahun pertama, Muhammad SAW hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad SAW adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam. Muhammad SAW menjadi nabi dan berdakwah pada kisaran tahun 610 - 614 Masehi. Setelah adanya wahyu, surat Al-Muddatsir: 1-7[31] sebagai berikut:
$pkšr'¯»tƒ ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ   óOè% öÉRr'sù ÇËÈ   y7­/uur ÷ŽÉi9s3sù ÇÌÈ   y7t/$uÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ   tô_9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ   Ÿwur `ãYôJs? çŽÏYõ3tGó¡n@ ÇÏÈ   šÎh/tÏ9ur ÷ŽÉ9ô¹$$sù ÇÐÈ  

1)    Hai orang yang berkemul (berselimut),
2)    bangunlah, lalu berilah peringatan!
3)    dan Tuhanmu agungkanlah!
4)    dan pakaianmu bersihkanlah,
5)    dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
6)    dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
7)    dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Dengan turunnya surat Al-Muddatsir ini, mulailah Rasulullah berdakwah. Mula-mula ia melakukannya secara sembunyi-sembunyi di lingkungan keluarga, sahabat, pengasuh dan budaknya. Orang pertama yang menyambut dakwahnya adalah Khadijah, istrinya. Dialah yang pertama kali masuk Islam. Menyusul setelah itu adalah Ali bin Abi Thalib, saudara sepupunya yang kala itu baru berumur 10 tahun, sehingga Ali menjadi lelaki pertama yang masuk Islam[32].
Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Baru kemudian diikuti oleh Zaid bin Haritsah, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya, dan Ummu Aiman, pengasuh Muhammad SAW sejak ibunya masih hidup. Setelah mereka, lalu masuk yang lainnya. Abu Bakar sendiri kemudian berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqas, dan Thalhah bin Ubaidillah. Dari dakwah yang masih rahasia ini, belasan orang telah masuk Islam. Sedangkan menurut sejarah Islam, putri Abu Bakar yaitu Aisyah adalah orang ke 21 atau 22 yang masuk Islam[33].  
Dengan sudah mulai masuknya para pemeluk Islam Muhammad SAW mulai merasa perlu mencari sebuah tempat bagi para pemeluk Islam dapat berkumpul bersama. Di tempat itu akan diajarkan kepada mereka tentang prinsip-prinsip Islam, membacakan ayat-ayat Al-Qur'an, menerangkan makna dan kandungannya, menjelaskan hukum-hukumnya dan mengajak mereka untuk melaksanakan dan mempraktikkannya. Pada akhirnya Muhammad SAW memilih sebuah rumah di bukit Shafa milik Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam. Semua kegiatan itu dilakukan secara rahasia tanpa sepengetahuan siapa pun dari kalangan orang-orang kafir.
Rumah Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam ini merupakan Madrasah pertama sepanjang sejarah Islam, tempat ilmu pengetahuan dan amal saleh diajarkan secara terpadu oleh sang guru pertama, yaitu Muhammad SAW Rasulallah. Ia sendiri yang mengajar dan mengawasi proses pendidikan disana.
Orang-orang yang pertama masuk Islam ini kemudian populer disebut As Sabiqun Al Awalun. Yaitu orang-orang terdahulu pertama kali masuk/ memeluk Islam. Kebanyakan dari mereka adalah para budak, fakir miskin, dan orang-orang yang lemah[34].  
Yang termasuk As-Sabiqun Al-Awwalun adalah sebagai berikut:
Khadijah, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Al-Shiddiq, Ummu Aiman, merekalah orang yang pertama kalinya mengucap kalimat dua syahadat, lalu menyebar ke yang lainnya. Kesemuanya berasal dari kabilah Quraisy[35].
E.    BERDAKWAH SECARA TERANG-TERANGAN
Dakwah secara siriyyah nabi  dilakukan selama kurang lebih 3 tahun dan hanya 40 orang yang beriman terhadap ajaran nabi Muhammad SAW. Maka turunlah ayat:
öÉRr&ur y7s?uŽÏ±tã šúüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ  
Artinya:
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, (26: 214)
÷íyô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚ̍ôãr&ur Ç`tã tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÒÍÈ   $¯RÎ) y7»oYøxÿx. šúïÏäÌöktJó¡ßJø9$# ÇÒÎÈ  

Artinya:
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (15: 94)
Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu). (15:95).  

Muhammad SAW mulai terbuka menjalankan dakwah secara terang-terangan. Mula-mula ia mengundang kerabat karibnya bangsa Quraisy dalam sebuah jamuan. Pada kesempatan itu ia menyampaikan ajarannya.
Namun ternyata hanya sedikit yang menerimanya. Sebagian menolak dengan halus, sebagian menolak dengan kasar, salah satunya adalah Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil. Mereka sangat membenci ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW.
Sebelum kelahiran Muhammad SAW, orang-orang Arab Quraisy adalah para penyembah berhala. Mereka suka membunuh anak laki-Iaki dan menanam hidup-hidup anak perempuan. Mereka mudah membunuh sebagian yang lain hanya karena hal-hal yang sepele. Oleh karena itu ketika Muhammad SAW mengajak mereka untuk menyembah Allah yang Esa, meninggalkan kepercayaan mereka, mereka marah besar. Mereka yang semula cinta kepadanya berubah menjadi kebencian dan kemarahan. Sedangkan mereka yang semula membenarkan Muhammad SAW, telah berubah menjadi orang-orang yang mendustakannya[36].
Rasulullah SAW. pun menjalankan perintah itu. Berdakwah secara terang-terangan selama 10 tahun. Terutama di musim-musin haji. Beliau mendatangi orang-orang dari rumah ke rumah. Berdakwah di Pasar ‘Ukkadz, Majannah, dan Dzul-Majaz. Beliau mengajak orang banyak untuk memeluk Islam dan menawarkan surga sebagai imbalan. Beliau sampaikan seluruh risalah Allah SWT. yang sampai kepadanya ketika itu. Namun, tidak banyak yang mau menyambut ajakannya[37].
Setelah nabi Muhammad SAW melakukan dakwah secara terang-terangan pemimpin Quraisy berusaha menghalangi dakwah Rasul, semakin banyak yang masuk Islam maka semakin besar pula gangguan dari kaum Quraisy. Ada lima faktor yang menyebabkan kafir Quraisy selalu ingin mengahalngi dakwah nabi Muhammad SAW, yaitu:[38]
(1)  Mereka tidak membedakan kenabian dengan kekuasaan. Mereka mengita bahwa tuntuk kepada seruan Muhammad SAW berarti tunduk kepada Bani Abdul Muthalib yang sangat tidak mereka inginkan;  
(2)  Nabi Muhammad SAW menyerukan persamaan antara yang kaya dengan hamba sahaya (budak), hal ini tidak disetujui oleh kalangan bangSAWan Quraisy; 
(3)  Kaum kafir Quraisy menolak ajaran tentang hari kebangkitan dan adanya pembalasan di akhirat;
(4)  Taklid kepada nenek moyang adalah sudah menjadi kebiasaan pada bangsa Arab; dan
(5)  Para pembuat patung memandang ajaran Islam sebagai penghambat rejeki mereka.
Bahkan Rasulullah SAW menemui banyak rintangan. Berbagai macam siksaan yang menyulitkan langkah dakwahnya datang dari masyarakat Mekah. Tidak sedikit orang menuduh beliau sebagai orang gila, tukang sihir, atau dukun.
Banyak cara yang ditempuh oleh kaum Quraisy untuk mencegah dakwah nabi Muhammad SAW. Mereka mendatangi paman nabi, Abu Thalib[39]. Kemudian kafir Quraisy memberikan ancaman kepada Abu Talib dengan memberikan dua pilihan, yaitu kafir Quraisy meminta Abu Thalib menghentikan dakwah nabi Muhammad SAW, atau kafir Quraisy sendirri yang akan menanganinya. Abu Thalib pun sedikit takut dengan ancaman itu, dan meminta nabi Muhammad SAW untuk  menghentikan dakwahnya, namun nabi menolak dengan mengatakan:
“Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanah Allah ini, walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak saudara akan mengucilkan saya”.

Abu Thalib pun terharu mendengar kata-kata itu, dan berkata: “Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu”[40].

F.    HIJRAH KE HABASYAH
Pada tahun ke-5 kenabian, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya hijrah ke Habasyah (sekarang Ethiopia). Keputusan ini diambil karena siksaan yang dilakukan masyarakat Quraisy terhadap kaum muslimin ketika itu semakin gencar. Rasulullah SAW memilih Habasyah karena, “Di sana terdapat seorang pemimpin yang tidak aniaya terhadap siapa pun yang ada di dekatnya.”
Rombongan sahabat Rasulullah SAW. yang hijrah pertama kali ini terdiri atas 12 orang pria dan 4 orang wanita. Rasulullah SAW menunjuk Utsman bin Affan sebagai amir kafilah hijrah ini[41].

G.   HIJRAH KEDUA KE HABASYAH
Tak lama kemudian Hamzah bin Abdul Muthallib dan Umar bin Khaththab masuk Islam. Kabar ini sampai ke telinga para sahabat yang hijrah di Habasyah. Mereka tahu betul bahwa Hamzah dan Umar adalah sosok yang punya karakter, berani, dan perkasa. Karena itu mereka yakin bahwa dengan masuknya kedua orang itu kaum muslimin di Mekah akan menjadi kuat. Karena itu, para muhajirin itu memutuskan untuk kembali pulang ke Mekah.
Namun, tatkala sampai ke Mekah mereka mendapati tidak seluruh kaum muslimin terbebas dari siksaan kaum Quraisy. Terutama mereka-mereka yang tidak mendapatkan jaminan keselamatan dari tokoh-tokoh Quraisy terpandang. Ketika siksaan dari kaum Quraisy sampai pada titik puncak yang tak bisa ditanggung lagi oleh kaum muslimin yang lemah, Rasulullah SAW. mengizinkan mereka kembali hijrah ke Habasyah.
Hijrah yang kedua kalinya ini dilakukan oleh 83 orang pria dan 19 orang wanita. Kaum musyrikin Quraisy mengutus Amr bin Al-’Ash dan ‘Ammarah bin Al-Walid menemui Najasyi, Raja Habasyah. Mereka membawa berbagai hadiah. Mereka meminta Najasyi mengekstradisi kaum muslimin lari dari Mekah. Namun Najasyi menolak sebelum mendengar langsung perkara yang sebenarnya dari pihak kaum muslimin.
Ja’far bin Abu Thalib RA tampil menjadi juru bicara kaum muslimin. Ia menjelaskan keadaan mereka ketika di masa jahiliyah dan bagaimana mereka berubah ketika menerima Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Hidayah itu telah mengubah diri mereka menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Ja’far juga memperdengarkan beberapa ayat Al-Qur’an kepada Raja Najasyi, yaitu awal surat Maryam. Ayat itu berisi padangan Islam tentang Isa bin Maryam AS Isa adalah seorang hamba Allah dan Rasul-Nya. Mendengar keterangan itu, Najasyi memutuskan mengembalikan semua hadiah kaum musyrikin Quraisy dan memuliakan kaum muslimin sebagai tamu di negerinya.

H.   BERBAGAI JENIS SIKSAAN YANG MENIMPA RASULULLAH SAW. DAN SAHABATNYA
Ada dua alasan mengapa kaum Quraisy tidak mau menerima dakwah Rasulullah SAW. padahal mereka tahu betul akan kepribadian Rasulullah SAW. yang tidak pernah berdusta. Bahkan mereka sendiri menggelari Rasulullah SAW. dengan sebutan Al-Amin (orang yang terpercaya)[42].
Alasan pertama, ritual penyembahan mereka kepada berhala adalah tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Karena itu, Islam dipandang sebagai ajaran yang mengancam tradisi leluhur yang harus mereka pertahankan. Alasan kedua, kaum Quraisy secara turun temurun punya kedudukan tinggi di masyarakat Mekah. Mereka mengurus jamaah haji, memegang kunci Ka’bah, dan menguasai sumur Zamzam. Kedatangan Islam akan menggeser hak istimewa mereka itu. Karena itu, mereka menolak dakwah Rasulullah SAW.
Mereka berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW. Mereka menawarkan tiga hal -harta, tahta, dan wanita-kepada Rasulullah SAW. agar berhenti mendakwahkan Islam. Rasulullah SAW. Menolak, Bahkan Rasulullah SAW menawarkan, “Ucapkanlah laa ilaaha illallah, niscaya kalian akan mengusai bangsa Arab.”
Cara “halus” tak berhasil. Mereka menebar teror dengan siksaan terhadap Nabi dan kaum muslimin. Jika terhadap muslim yang memiliki kedudukan dan kehormatan dalam masyarakat, musyrikin Quraisy hanya menebar ancaman. Abu Jahal mengintimidasi seorang muslim golongan ini, “Engkau tinggalkan agama nenek moyangmu, padahal mereka lebih baik darimu. Kami akan rendahkan angan-anganmu. Kami akan lecehkan kehormatanmu. Akan kami rusak usahamu dan kami hancurkan hartamu.”
Terhadap kaum muslimin dari golongan lemah -apakah lemah secara ekonomi (fakir miskin atau lemah secara status sosial (budak)-musyrikin Quraisy tidak segan-segan menyiksa mereka. Bani Makhzum menyiksa keluarga Yasir. Yasin dan istrinya, Sumayyah, syahid dalam siksaan tersebut. Ammar bin Yasir memelas kepada Rasulullah SAW., “Wahai Rasul, siksaan kepada kami telah mencapai puncaknya.” Rasulullah SAW. menghibur Ammar, “Bersabarlah, wahai Abul Yaqdzan. Bersabarlah, wahai keluarga Yasir. Balasan untuk kalian adalah surga.”
Kaum musyrikin juga menyeret Bilal bin Rabah ke tengah padang pasir di tengah hari. Mereka melempari tubuh telanjang Bilal dengan batu-batu yang terpanggang panas matahari. Kemudian menindih dada Bilal dengan batu besar. Mereka memerintahkan Bilal menyebut nama tuhan-tuhan mereka. Tapi Bilal menolak. Ia mengucap, “Ahad, Ahad….”

I.      ISRA’ DAN MI’RAJ
Di tengah himpitan musuh dan kehilangan pembela, Rasulullah SAW. ditemani Jibril, diperjalankan oleh Allah SWT. dari Mekah ke Baitul Maqdis dengan mengendarai Buraq. Di Baitul Maqdis Rasulullah SAW. shalat dan menjadi imam dengan makmum para nabi. Setelah itu, Nabi SAW. naik ke langit dunia. Di sana beliau bertemu dengan Nabi Adam a.s. Di langit kedua bertemu dengan Nabi Isa dan Yahya a.s. Di langit ketiga bertemu Nabi Yusuf a.s. Di langit keempat Nabi Idris. Di langit kelima bertemua Nabi Harun. Di langit kelima bertemu dengan Nabi Musa a.s. Di langit ketujuh bertemu Nabi Ibrahim a.s. Kemudian Rasulullah SAW. sampai di Sidratul Muntaha, lalu diangkat ke Baitul Ma’mur. Di sini Jibril terlihat dalam bentuknya yang asli.
Allah SAW. telah berbicara dengan Rasulullah SAW. dan memberi perintah wajibnya shalat 5 waktu. Sebelumnya perintah itu adalah 50 kali dalam sehari semalam. Tapi, setelah berdiskusi dengan Nabi Musa, Rasulullah SAW. bolak-balik meminta keringanan kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW. menceritakan tentang peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini kepada kaum muslimin dan penduduk Mekah. Kaum musyrikin mendustakan, meski Rasulullah SAW. mampu memberi bukti dengan menerangkan secara terperinci tentang Baitul Maqdis dan kafilah Quraisy yang tengah kembali dari Syam.
Hanya Abu Bakar orang yang tidak ragu dengan cerita Rasulullah SAW. tersebut. Tak heran jika Rasulullah SAW. memberinya gelar As-Shiddiq.

J.    HIJRAH KE MADINAH

Di Mekah terdapat Ka'bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku berziarah ke Ka'bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad SAW mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka menemui Muhammad SAW dan beberapa orang Islam dari Mekah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad SAW) dan orang-orang Islam Mekah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi ke Mekah. Mereka menemui Muhammad SAW di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekah untuk berhijrah ke Yathrib. Muhammad SAW akhirnya setuju untuk berhijrah ke kota itu.
Ada beberapa alasan nabi memilih Madinah sebagai tempat menyebarkan Islam, yaitu:
1)    Madinah tanahnya subur, sehingga dari sisi finansial umat Islam bisa sedikit terbantu
2)    Adanya bantuan dari pihak Anshor yang sudah siap jiwa dan raga untuk berkorban membantu nabi Muhammad SAW dalam menyiarkan agama Islam
3)    Adanya keinginan dari suku Aus dan Khazraj untuk mencari yang bida mendamaikan mereke yang sedang bertikai. Salah satu caranya adalah mencari seorang yang adil tetapi bukan dari warga Madinah, maka kedua kelompok suku tersebut mengajak/ menunjuk nabi untuk bisa mendamaikan mereka[43].
Mengetahui bahwa banyak masyarakat Islam berniat meninggalkan Mekah, masyarakat jahiliyah Mekah berusaha menghalang-halanginya, karena beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah ke Yathrib, orang-orang Islam akan mendapat peluang untuk mengembangkan agama mereka ke daerah-daerah yang lain. Setelah berlangsung selama kurang lebih dua bulan, masyarakat Islam dari Mekah pada akhirnya berhasil sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinah atau "Madinatun Nabi" (kota Nabi).



REFERENSI
Ahmad Syalabi, Mausu`at al-Tarikh al Islam wa al Hadharat al Islamiyah, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah
Badri Yatim,  (2002) Sejarah Peradaban Islam, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.
Esposito, John (1998). Islam: The Straight Path. Oxford University Press.
Hart, Michael. 2007. 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa. Batam: Karisma Publising Group.
M.m. Al a`zami  (2006) The History of Quranic Text from Relevation to Compilation. Penerjemah Sohirin Solihin. Jakarta; Gema insani.
Martin Lings. (1991) His Life Based on The Earlieat Sources. Islamic Text Society. Cambride. United Kingdom..
Maulana Wahiduddin Khan, (2005)  Muhammad SAW Nabi Untuk Semua. Jakarta; Pustaka Alfabet. 
Moenawar Chalil, (2001) Pertama Masuk Islam, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW. Jakarta; Gema Insani Press.
Muhammad Husaen Haekal, (1990) Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta:Litera Antarnusa.
Ordoni Abu Muhammad SAW. (2007) Fathimah Buah Cinta Rasulullah. Jakarta; Pustaka Zahra.
Qadi `Iyad Ibn Musa al-Yashubi (2003) Muhammad SAW Messengger of Allah. Scotland; Madinah Press Inverness.  
Razwy, Sayed Ali Asgher (1997) Muhammad Rasulullah SAW. Terj. Dede Azwar Nurmansyah. Jakarta; Pustaka Zahra. 
Thomas, Arnold. (1979) The Preaching of Islam. Terj. H.A. Nawawi Rambe. Jakarta: Widjadja.

www.http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad#Kerasulan





SEJARAH  NABI MUHAMMAD SAW SAW PERIODE MEKAH

MAKALAH

Disusun Sebagai Tugas Mandiri Pada Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Semester Ganjil Tahun Akademik 2010-2011


 









Oleh:
AGUS RUSWANDI
NIM: 2.210.9002


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2010 M/ 1431 H



[1] Maulana Wahiduddin Khan, Muhammad SAW Nabi Untuk Semua. Pustaka Alfabet; Jakarta. 2005. 154
[2] http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad#Kerasulan
[5] http://pustaka-ebook.com/sejarah-nabi-muhammad-saw/
[6] Sebagian riwayat menyebutkan ketika berusia 20 tahun
[7] Razwy, Sayed Ali Asgher, Muhammad Rasulullah SAW, Terj. Dede Azwar Nurmansyah.  Jakarta: Pustaka Zahra. Penterjemah,. 1997. 43.
[8] Muhammad Husaen Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta:Litera Antarnusa, 1990), hal 49. 
[9] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2002) hal 49
[13] M.m. Al a`zami. The history of quranic text from relevation to compilation. Penerjemah., Sohirin Solihin. Gema insani. Jakarta. 2006. 25
[14] Op cit. 26
[15] Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 605 M, ketika Nabi berusia 35 tahun.
[16] http://pustaka-ebook.com/sejarah-nabi-muhammad-saw/
[17] Martin Lings. His life based on the earlieat sources. Islamic text society. Cambride. United kingdom. 1991. 64. 
[18] http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad
[19] http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad
[20] Op.cit 66
[22] http://www.al-huda.net/cari_arkib_arkib.php?id=17
[23] Ordoni Abu Muhammad SAW. Fathimah Buah Cinta Rasulullah. Jakarta. Zahra. 2007. 33
[24] Op.cit 33
[25] http://arishu.blogspot.com 
[26] Gua Hira terletak sekitar tiga mil di sebelah utara kota Mekah
[28] Martin Lings. His life based on the earlieat sources. Islamic text society. Cambride. United kingdom. 1991. 83
[29] Peristiwa ini terjadi pada malam senin 17 Ramadhan tahun 13 sebelum Hijrah bertepatan dengan 6    Agustus 610 M. Yakni waktu wahyu pertama kali turun surat Al Alaq ayat 1-5
[30] http://www.al-huda.net/cari_arkib_arkib.php?id=17
[32] http://www.al-huda.net/cari_arkib_arkib.php?id=17
[33] http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html
[34] http://muslim.condetsoft.com/index_files/sejarah_rasulullah_saw.htm
[35] http://id.wikipedia.org/wiki/As-Sabiqun_al-Awwalun
[36] http://www.al-huda.net/cari_arkib_arkib.php?id=17
[37] Ahmad Syalabi, Mausu`at al-Tarikh al Islam wa al Hadharat al Islamiyah, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah
[38] Ahmad Syalabi, Mausu`at al-Tarikh al Islam wa al Hadharat al Islamiyah, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, 1974), hal 87-90
[39] Kafir Quraisy mendatangi Abu Thalib karena sangat disegani waktu itu, dan perlindungan nabi terletak pada Abu Thalib.
[40] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 2002: 21
[41] http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad
[42] Dakwatuna.com
[43] Thomas, Arnold. The Preaching of Islam. Terj. H.A. Nawawi Rambe. Jakarta: Widjadja, 1979.  hal 19. 

2 komentar:

  1. semoga kita tetap istiqomah mengikutin rosulullah..

    BalasHapus
  2. Punten, ada sebagian teks yang tertutupi oleh gambar-gambar yang terdapat di atas. Terima kasih.

    BalasHapus