Diniyah Takmiliyah Daarussalaam
Anak-anak di daerah (pedesaan), selain masuk sekolah dasar juga melengkapinya dengan sekolah agama. Pagi hari anak-anak masuk Sekolah Dasar sedangkan sore hari atau malam hari belajar di Madrasah Diniyah. Madrasah Diniyah diselenggarakan oleh tokoh agama di desa. Biasanya memanfaatkan rumah pribadi mereka atau mengambil tempat di sebagian serambi masjid atau sebagian di bangunan Madrasah. para santri secara bersama-sama diajar di tempat itu. Para santri juga tidak dipungut biaya. Guru yang mengajar di madrasah juga tidak dibayar apa-apa. Semua dijalani secara ikhlas untuk mengembangkan lembaga pendidikan Islam. Anak-anak desa berhasil mampu membaca al Qur’an biasanya melalui lembaga pendidikan seperti ini. Para santri diajari mulai dari mengenal huruf arab, belajar tajwid, nahwu dan shorof. Kebanyakan anak desa, terutama putra-putri kaum santri, didorong oleh orang tuanya belajar agama sore hari di lembaga pendidikan tersebut. Adanya lembaga pendidikan agama seperti ini, menjadikan tidak banyak orang mengeluh tentang terbatasnya jumlah jam pelajaran agama di sekolah. Berapapun jumlah jam pelajaran agama di sekolah umum ----sekolah dasar, tidak pernah dipersoalkan,Karena para siswa sudah mengikuti pendidikan di madrasah diniyah ini. Model lembaga pendidikan Madrasah Diniyah atau yang kita kenal sekarang dengan Diniyah Takmiliyah adalah model pendidikan yang diinginkan oleh masyarakat, terutama kaum santri, sehingga kehadiran madrasah mendapat sambutan yang sangat positif dari masyarakat. Masyarakat pedesaan yang kala itu masih melihat sesuatu dari aspek simboliknya, maka pendidikan madrasah dianggap sudah ideal, sekalipun tidak didukung oleh tenaga yang berkualitas serta sarana dan prasarana yang memadai. Bagi mereka yang terpenting bernama madrasah. Kualitas bagi mereka selalu terkait dengan symbol itu, yakni berupa nama yang melekat pada lembaga pendidikan dimaksud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar