Jumat, 20 Mei 2011

Curug Malela, berwisata, atau berpetualang?








Air terjun, yang dalam bahasa sunda adalah curug merupakan salah satu wisata yang banyak diburu para pecinta pemandangan indah. Curug malela, sebagai salah satu wahana air terjun. Menawarkan nuansa indahnya air terjun yang berbeda. Banyak kalangan menyebutkan bahwa Curug Malela mirip dengan Niagara di Ontario, Canada. Memang ukuran Malela ini jauh lebih kecil dengan debit air yang juga jauh lebih sedikit. Namun, dilihat dari strukturnya bahwa Curug Malela ini memang layak dijuluki Niagara Mini.

Curug Malela berada di Kampung Manglid, Desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cianjur di barat laut Bandung. GPS menunjukkan posisi koordinat S07*00’38.1″ E107*12’22.0″ di atas batu tempat memandang keindahan curug itu. Seperti ditulis di banyak situs blog pribadi, situs pariwisata, atau situs resmi Perhutani, maupun Pemkab Bandung Barat, air terjun ini memang mengagumkan.
Berdasarkan peta topografi, sungai yang jatuh sebagai Curug Malela setinggi lebih kurang 50 m dan lebar mencapai 70 m, adalah Cicurug. Toponimi sungai yang sesuai dengan sifat sungai ini yang banyak mempunyai air terjun. Hulu sungai berasal dari lereng utara Gunung Kendeng dengan bekas kaldera raksasanya yang berdiameter hampir 15 km. Dari gunung api yang terletak di sebelah barat Ciwidey yang telah mati ini mengalir jaringan Sungai Cidadap. Cidadap mengalir ke arah barat laut melalui Kecamatan Gununghalu menggerus rangkaian batuan keras yang umumnya berciri produk letusan gunung api tua.
Aliran Cidadap setelah melewati utara Bunijaya, kemudian mengalir dengan pola rektangular, yaitu suatu pola aliran sungai yang berbelok-belok secara tajam, bahkan tegak lurus. Alirannya ke arah barat yang kemudian bernama Cicurug mulai memasuki relief sangat terjal di suatu dataran tinggi yang dulu dinamakan Plateau Rongga.
Suatu keniscayaan bagi sungai yang mengalir di atas plateau untuk kemudian pola alirannya terganggu oleh air terjun yang bertingkat-tingkat. Itulah yang terjadi pada aliran Cicurug. Selain Curug Malela yang terbesar, ke arah hilir terdapat rangkaian tujuh air terjun bertingkat sepanjang 1 kilometer. Yaitu, Curug Katumiri, Curug Manglid, Curug Ngebul, Curug Sumpel, Curug Palisir, dan ditutup dengan Curug Pameungpeuk. Semua terletak di Desa Cicadas.

Setiap air terjun memiliki kekhasannya tersendiri. Curug Malela memiliki air terjun yang terpisah saat jatuh. Curug Katumiri pada pukul 8.00-9.00 bisa memperlihatkan pelangi di badan air terjun. Curug Ngeubul, air yang jatuh berkumpul (kebalikan dari Curug Malela) sehingga menimbulkan efek kabut dan suara yang menggelegar.

Curug Manglid memiliki goa di belakang air terjunnya. Curug Sumpel memiliki daerah di bawah air terjun yang lebar. Curug Palisir mirip Curug Malela dengan ketinggian yang lebih rendah. Terakhir, Curug Pameungpeuk, yaitu muara air terjun antara Sungai Cidadap dan Cisoka yang terletak tidak jauh dari air terjunnya.

Relief terjal Plateau Rongga memberikan medan terjal dengan lembah-lembah membentuk huruf V yang berkemiringan lebih dari 100% atau bersudut lebih dari 45 derajat. Itulah mengapa pengistilahan “dataran tinggi” menjadi kurang tepat karena jika kita menuju wilayah ini, kita akan menghadapi jalan yang turun naik berkelok-kelok. Di atas plateau ini ketika sungai-sungainya mengerosi daerah secara vertikal, lereng-lereng lembah selain menciptakan medan yang terbatas untuk dijelajahi, tapi dari sisi yang lain menciptakan lanskap yang memesona mata.
Beberapa puncak plateau mencapai ketinggian di atas 1.000 m di atas muka laut rata-rata membuat udara pada Plateau Rongga umumnya sejuk. Tata guna lahan adalah perkebunan dan hutan. Sejak zaman Belanda, wilayah ini diperuntukkan bagi perkebunan teh yang sekarang dikelola oleh PTP Nusantara VIII Montaya.
Batuan yang membuat relief menjadi terjal dan kasar itu adalah batu breksi dan konglomerat berumur Miosen Atas, kira-kira diendapkan pada lingkungan peralihan darat dan laut pada waktu 10 hingga 5 juta tahun yang lalu. Sumbernya diperkirakan beberapa gunung api purbakala di selatan Jawa Barat yang aktif pada masa itu. Jenis batuan ini yang di Curug Malela sendiri tampak berlapis-lapis, bersifat sangat keras. Kesan yang timbul dari kerasnya batuan dapat dilihat dari morfologi batuannya yang memperlihatkan dinding-dinding tegak yang licin. Itulah yang nampak pada dinding Curug Malela yang terlihat begitu kokoh dan anggun.
Keanggunan air terjun yang dalam foto kecepatan rendah memberikan kesan seperti benang-benang sutra halus, tidak dimungkiri telah menawan hati dan pandangan mata siapa yang datang mengunjunginya. Jika hari tidak keburu gelap, kita akan seharian duduk tanpa bosan-bosannya menyaksikan fenomena alam yang luar biasa ini.
Akan tetapi jangan ke Curug Malela jika Anda ingin berwisata! Bahan bacaan yang ada di situs-situs memang memberitakan keindahan Curug Malela. Bahkan sejak tahun 2006, beberapa media memuat pernyataan-pernyataan pejabat pariwisata yang memuji-muji potensi yang luar biasa ini. Kenyataannya, akses jalan menuju lokasi lumayan sulit untuk dicapai bagi yang belum terbiasa.




                                                            Akses jalan menuju Curug





Di Kota Kecamatan Rongga, kita kembali dihadapkan pada persimpangan jalan. Ambil  jalan ke kiri yang akan membawa kita ke daerah Kubang Cicalengka, Perkebunan teh Montaya. Jalan perkebunan asri yang diapit pohon-pohon mahoni dan damar membawa kita memasuki daerah perbukitan yang turun-naik berkelok-kelok pada jalan sempit. Beberapa kali kendaraan kita dapat langsung berhadapan pada kelokan sempit dengan kendaraan lain, atau terkejut ketika tiba-tiba pengendara ojek muncul di depan hidung kita dengan tiba-tiba.

Perjalanan dari Gununghalu ke Kubang Montaya yang hanya berjarak kurang dari 20 km terpaksa harus ditempuh antara 1setengah hingga2 jam perjalanan kendaraan roda empat atau kurang lebih satu jam bila mengendarai sepeda motor. Dari Simpang Kubang ke arah Cicadas kita akan didera jalan batu yang berlubang-lubang. Bagi yang tidak terbiasa, perlu waktu hampir satu jam menempuh jarak pendek tidak lebih dari 3 km itu.
Sesampainya di Cicadas kita akan dihadapkan sebuah gapura gerbang curug malela. Sebenarnya kendaraan roda empat saat ini sudah bisa masuk ke gerbang hingga kurang lebih 400M menuju Pasir Tamiang (nama dataran tinggi di atas air terjun). Namun, bagi yang bagi yang berminat, bisa memparkirkan kendaraannya di halaman SDN Cicadas, kemudian berjalan kaki dengan jarak tempuh kurang lebih satu jam menuju lokasi.
Sejak 2006 atau 2007, Pemerintah Kabupaten Bandung yang kemudian dilanjutkan oleh Bandung Barat telah menyatakan akan mengelola destinasi potensial ini. Hingga 2009 akses jalan kelihatannya sudah diperbaiki (sekalipun kembali berlubang-lubang), tetapi menyisakan hampir 5 km yang sangat menyiksa dan membuat frustrasi wisatawan.
Akses menuju Curug Malela dengan kendaraan umum sebenarnya juga tidak terlalu sulit. Kebanyakan yang datang memulai perjalanan dari kota Bandung, meskipun bisa juga melalui jalur Sukabumi atau Cianjur. Di bawah ini sedikit panduan untuk menuju lokasi (rute) Curug Malela:
1.      Dari terminal Ciroyom, Bandung: Naik Bis jurusan Gununghalu/Bunijaya yang ditempuh dalam waktu sekitar 3 hingga 4 jam.
2.      Dari terminal Leuwi Panjang, Bandung: naik angkot jurusan Cimahi atau Cililin, dari Cililin lanjutkan dengan Angkot jurusan Gununghalu (turun di depan mini market alfamart - gununghalu) kemudian naik Bis jurusan Gununghalu/Bunijaya. Atau langsung saja dari Cililin naik Bis jurusan Gununghalu/Bunijaya.
3.      Dari Tol Padalarang, Kabupaten Bandung Barat: naik angkot jurusan Cimahi, turun di Cimareme dan lanjutkan naik angkot jurusan Cililin atau langsung saja dari Cimareme naik Bis jurusan Gununghalu/Bunijaya.
4.      Dari terminal Cileunyi, Kabupaten Bandung: Naik Bis Jurusan Cileunyi - Cililin kemudian dari Cililin lanjutkan dengan naik Bis jurusan Gununghalu/Bunijaya. Dari terminal Bunijaya, lanjutkan perjalanan dengan menggunakan ojek ke Desa Cicadas atau jika Anda ingin mengirit pengeluaran atau yang suka berpetualang, silahkan berjalan kaki dengan jarak sekitar 12 km. Setelah itu lanjutkan perjalanan melintasi bukit-bukit, hutan dan sawah sekitar 3 hingga 4 km. Dan bagi yang belum tau lokasi, jangan khawatir sebab begitu tiba di Desa Cicadas, sudah ada warga setempat yang bersedia memandu Anda menuju ke lokasi air terjun. Dalam perjalanan, Anda bisa menikmati pemandangan perkebunan teh yang dikelola oleh PTPN VIII Montaya saat melewati Kecamatan Gununghalu - Rongga.
su
Pictures of Malela Waterfall







5 komentar:

  1. thanks for share gan..ingin segera ksana

    BalasHapus
  2. amiin, ditunggu... mudah2an pembangunan infrastruktur ke lokasi segera dibangun

    BalasHapus
  3. gw pingin cuma blum tau jalannya

    BalasHapus
  4. jalan makin ancur gan, serem gak diperhatikan sama sekali oleh pemda setempat

    BalasHapus